Sabtu 20 Oct 2012 17:36 WIB

Imam, Duta Garis Depan Umat Islam Di Dunia Barat

Rep: Agung Sasongko/ Red: Dewi Mardiani
Universitas Al Azhar Kairo
Universitas Al Azhar Kairo

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Saat ini, kelompok fanatik dengan mudah membuat keributan di seluruh dunia dengan meninggalkan dunia Islam sebagai pelakunya. Yang menyedihkan, para ulama dan cendikiawan muslim gagal memenangkan perang media.

Hal itu diutarakan Idris Tawfiq, pengajar Universitas Al-Azhar, dalam kolom opini yang dimuat laman The Egyptian Gazette, Sabtu (20/10). "Ini merupakan bentuk kegagalan Muslim untuk menyampaikan pesan ke Barat dalam memberitahu seperti apa Islam sebenarnya," tulis dia.

Idris yang juga sudah menulis sembilan buku ini mencatat bahwa satu masalah utama penting lain yang dilupakan, yaitu Al-Azhar sendiri kehilangan kredibilitasnya di mata warga Mesir dan umat Islam lantaran dianggap sekutu rezim Hosni Mubarak. 

Suka atau tidak, Al-Azhar tidak lagi didengarkan sehingga meninggalkan kekosongan kepemimpinan dalam dunia Islam. "Selama ribuan tahun, Al-Azhar menjadi suara berwibawa bagi umat Islam. Insya Allah, revolusi Mesir akan membuat Al-Azhar kembali berperan," komentarnya.

Soal strategi keberhasilan penyampaian pesan sejati Islam, Idris menyarankan agar para imam dari seluruh dunia Islam di kirim ke barat. "Di masa lalu, sudah banyak imam yang dikirim, namun hanya sedikit berkemampuan bahasa Inggris yang baik. Akantetapi hari ini, tantangan sudah berbeda," kata dia.

Tantangan itu, lanjut dia, berasal dari imam sendiri bagaimana masyarakat dimana mereka bertugas seharusnya membela Islam bukan memusuhi Islam. "Kalau media memusuhi Islam demikian pula masyarakat maka itu akibat dari pernyataan yang tidak cerdas dari imam," kata dia.

Idris juga melihat kemampuan imam juga harus ditingkatkan seperti misal dalam kemampuan berbahasa asing diluar bahasa Arab. Melalui penguasaan bahasa asing seperti Inggris, Prancis dan bahasa lain akan memudahkan pergerakan mereka. "Jelas imam yang dipilih ini merujuk pada prilaku dan pengetahuan," kata dia.

Intinya, kata Idris, para imam harus berperan sebagai konselor, tokoh masyarakat, guru, humas, juru bicara dan pelobi. Dengan tuntutan seperti itu, mutlak dibutuhkan ketrampilan berbicara di depan umum, keterampilan berkomunikasi dan berbahasa.

Untuk mencetak imam yang dibutuhkan tentu membutuhkan sumbangsih dunia Islam. Sebab, ada banyak hal yang disia-siakan dalam dunia Islam.Seperti misal, minimnya aliran dana di dunia Islam untuk memberitahu dunia barat tentang Islam yang sebenarnya. "Ini yang masih disepelakan dunia Islam," pungkas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement