Selasa 09 Oct 2012 17:11 WIB

Cut Nyak Meutia, Mujahidah dari Serambi Makkah (3-habis)

Rep: Heri Ruslan/ Red: Chairul Akhmad
Cut Nyak Meutia (ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Cut Nyak Meutia (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Pada Mei 1905, ia harus menerima kenyataaan pahit.  Suaminya, Teuku Cik Tunong tertangkap dan dijatuhi hukuman mati.

Perlawanan tak berhenti. Cut Nyak Meutia menikah lagi dengan Pang Nangru, pria yang ditunjuk suami pertamanya untuk mendampingi perjuangan mujahidah dari Perlak itu. 

Pang Nangru merupakan orang kepercayaan Teuku Cik Tunong. Bersama suami keduanya, Cut Nyak Meutia terus melanjutkan perjuangan melawan penjajah Belanda.

Belanda pun kian marah. Pengepungan terhadap Cut Nyak Meutia kian diperketat. Pasukan sang mujahidah pun kian terpukul.

Dengan cara bergerilya, Cut Nyak Meutia menghindar ke pedalaman rimba Pasai. Ia bersama pejuang Aceh berpindah-pindah tempat. Hingga akhirnya, pada September tahun 1910, Pang Nangru gugur.  Cut Nyak Meutia  berhasil meloloskan diri.

Kekuatan pun kian melemah. Terlebih, beberapa teman Pang Nangru akhirnya menyerahkan diri. Cut Nyak Meutia tak gentar. Ia terus melakukan perlawanan sembari bergerilya bersama putranya, Raja Sabil. Pada 24 Oktober 1910, pasukan Belanda mengetahui tempat persembunyiannya.

Berbekal sebilah rencong di tangannya, Cut Nyak Meutia tetap melawan gempuran senjata api. Sampai tetes darah penghabisan, sang mujahidah tetap membela keyakinannya.

Ia gugur setelah tiga butir peluru bersarang di kepala dan dadanya. Ia gugur sebagai seorang pahlawan bagi rakyat Aceh dan mujahidah bagi agamanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement