Selasa 09 Oct 2012 16:48 WIB

Cut Nyak Meutia, Mujahidah dari Serambi Makkah (1)

Rep: Heri Ruslan/ Red: Chairul Akhmad
Cut Nyak Meutia (ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Cut Nyak Meutia (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Cantik, pemberani dan cerdas. Itulah sosok seorang Cut Nyak Meutia, Pahlawan Kemerdekaan Nasional dari bumi Serambi Makkah, Aceh.

Di awal abad ke-20 M, Cut Nyak Meutia berjuang dengan mengorbankan harta dan jiwanya demi memerangi dan mengusir penjajah Belanda dari Tanah Rencong.

Putri Teuku Ben Daud dan Cut Jah atau Cut Mulieng itu tak rela tanah kelahirannya dijajah tentara kafir.

Kecintaannya terhadap tumpah darah dan rakyat Aceh telah mengobarkan semangat perlawanan pada dirinya. Muslimah pemberani itu pun angkat senjata, meski harus  mengarungi lembah dan hutan. Semua dilakukannya demi mempertahankan kedaulatan negerinya.

Sang mujahidah pun gugur sebagai syahidah. Pada 25 Oktober 1910, Muslimah pemberani itu menghembuskan nafas terakhirnya, setelah tiga peluru yang meletus dari moncong senapan tentara Belanda menembus kepada dan badannya.

Meski begitu, Cut Nyak Meutia telah meniupkan semangat juang bagi kaumnya. Sebuah semangat yang tak akan pernah padam dan selalu dikenang sejarah.

Cut Nyak Meutia terlahir di Perlak, Aceh pada 1870. Suami pertamanya bernama Teuku Muhammad alias Teuku Cik Tunong, wafat  Mei 1905. Suami keduanya bernama Pang Nangru meninggal pada September 1910 di Paya Cicem. Semangat jihad fi sabilillahnya begitu tinggi. Ia pun menamai putranya, Raja Sabil.

Tentara kolonial Belanda telah bercokol dan menguasai Aceh, sebelum Cut Nyak Meutia terlahir. Kezaliman dan kesewenang-wenangan yang dilakukan tentara Belanda terhadap rakyat Aceh telah memicu dan mengobarkan semangat perlawanan.

Tepat, tiga tahun sebelum Perang Aceh berkobar, seorang bayi perempuan yang diberi nama Cut Nyak Meutia terlahir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement