Selasa 09 Oct 2012 16:36 WIB

Kisah Dua Ulama Pembaharu Arah Kiblat (2-habis)

Rep: Heri Ruslan/ Red: Chairul Akhmad
Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.
Foto: Reuters/Hassan Ali
Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, Melihat hal itu, sang kiai segera menemui imam masjid. Tetapi usulan untuk menggeser arah kiblat tidak dihiraukan, karena merasa sudah tepat arah.

Akhirnya, Kiai Banjar itu menunjukkan kesalahannya. Di hadapan kiai dan para jamaah, Syekh Arsyad  menunjukkan yang sedang berada dalam masjid itu mengangkat lengan menunjuk arah Ka’bah yang sebenarnya.

Saat itu hadirin dibuat takjub sebab Ka’bah yang ada di Masjidil Haram itu kelihatan sangat jelas dari Masjid mereka. Akhirnya sang imam beserta jamaah dengan suka rela mengubah arah kiblat mereka.

Peristiwa bersejarah itu terjadi pada  4 Shafar 1186 H atau 7 Mei 1772. Perubahan arah kiblat itu juga diikuti masjid yang lain seperti mesjid Luar Batang dan Mesjid Pakojan. Selama beberapa bulan,  ulama Banjar itu melakukan dakwah di Betawi, sehingga namanya sangat harum di masyarakat.

Secara teknologi,  alat-alat yang dipergunakan untuk mengukur kiblat juga bertambah canggih.  Alat-alat penentu kiblat itu terus berubah dari miqyas, tongkat istiwa', rubu'mujayyab, kompas, dan teodolit. Selain itu, sistem perhitungan yang dipergunakan mengalami perkembangan pula, baik mengenai data koordinat maupun mengenai sistem ilmu ukurnya.

Menurut Pusat Studi Falak Muhammadiyah, metode yang sering digunakan dalam pengukuran arah kiblat ada tiga macam. Pertama, memanfaatkan bayang-bayang kiblat. Kedua, memanfaatkan arah utara geografis (true north). Ketiga, mengamati/ memerhatikan ketika matahari tepat berada di atas Ka'bah.

Bila menggunakan metode bayang-bayang kiblat,  maka langkah-langkah yang perlu ditempuh, pertama, menghitung arah kiblat suatu tempat. Kedua, menghitung saat kapan matahari membuat bayang-bayang setiap benda (tegak) mengarah persis ke Ka'bah.

Ketiga, mengamati bayang-bayang benda tegak pada saat seperti dimaksud poin kedua. Kemudian mengabadikan bayang-bayang tersebut sebagai arah kiblat.

Adapun jika menggunakan metode memanfaatkan arah geografis langkah-langkah yang perlu ditempuh, yakni pertama, menghitung arah kiblat suatu tempat. Kedua, menentukan arah utara geografis dengan bantuan kompas, tongkat istiwa' atau teodolit. Ketiga, mengukur/menarik arah kiblat berdasarkan arah geografis seperti dimaksud pada poin kedua dengan menggunakan busur derajat, rubu', segitiga, atau teodolit.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement