Senin 08 Oct 2012 16:01 WIB

Muslim Malawi Bangun Universitas dan Televisi Islam

Rep: Agung Sasongko/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pembawa berita di stasiun televisi pemerintah Mesir, Fatma Nabil
Foto: AP/Egypt State TV
Pembawa berita di stasiun televisi pemerintah Mesir, Fatma Nabil

REPUBLIKA.CO.ID, LILONGWE -- Dalam waktu dekat Muslim Malawi berencana mendirikan universitas Islam. Itu dilakukan sebagai solusi minimnya akses komunitas Muslim terhadap pendidikan tinggi. Mereka juga berencana mendirikan stasiun televisi Islam. 

Ide ini berawal dari kurangnya akses Muslim untuk menempuh pendidikan tinggi lantaran pemberlakukan sistem kuota yang dinilai tidak adil. Sebabnya, ijtima ulama yang digelar Dewan Muslim Malawi tahun lalu memutuskan perlu ada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia Muslim. 

Salah satu upaya itu adalah mendirikan universitas Islam."Universitas ini tidak hanya khusus untuk kalangan Muslim tetapi jiga non-Muslim. Yang pasti, kami berharap semakin banyak Muslim yang menguasai studi Islam," demikian putusan ijtima ulama tahun lalu seperti dikutip nyasatimes.com, Senin (8/10).

Terkait pendirian televisi Islam, komunitas Muslim sejak lama mengeluhkan pemberitaan negatif tentang Islam dan Muslim. Karena itu, melalui masukan dari akar rumput, ulama mendorong pendirian televisi dan radio dengan harapan umat Islam memiliki kekuatan untuk menyeimbangkan pemberitaan.

Merespon hasil itjima ulama, Wakil Presiden Khumbo Kachali berjanji pemerintah akan mendukung setiap langkah yang dilakukan umat Islam. Pada tahun 2009, sebuah lembaga pendidikan baru dibentuk oleh komunitas Muslim untuk melatih guru-guru wanita di Malawi. 

Aktivitas itu segera saja tampak sebagai upaya sungguh-sungguh menjembatani jurang perbedaan pendidikan antara gender di negara selatan Afrika tersebut."Sebab norma-norma sosial dan budaya, banyak gadis di komunitas Muslim dan Malawi tak mampu mengikuti pendidikan di sekolah," ujar Altaf Gani, Sekretaris Jendral Bilal Trust.

Gani sangat menyayangkan jumlah besar wanita muda tak berpendidikan, terutama di kalangan Muslim, tumbuh cepat di dalam negara. "Di sini, para lelaki cenderung melek huruf dan memiliki lebih banyak tahun untuk pendidikan formal ketimbang perempuan," ujarnya.

sumber : nyasatimes.com
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement