Rabu 03 Oct 2012 18:08 WIB

Keutamaan Memuliakan Ulama (3-habis)

Rep: Heri Ruslan/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Bahkan, Rasulullah SAW menyatakan, mereka yang tak memuliakan alim ulama bukanlah bagian dari umatnya.

''Bukan termasuk umatku orang yang tak menghormati orang tua, tidak menyayangi anak-anak dan tidak memuliakan alim ulama.'' (HR Ahmad, Thabrani, Hakim). 

Dalam hadis lainnya, Rasulullah SAW sempat mengkhawatirkan tiga hal yang akan terjadi pada umatnya.  ''Aku tidak mengkhawatirkan umatku kecuali tiga hal,'' sabda Rasulullah.

''Pertama, keduniaan berlimpah, sehingga manusia saling mendengki. Kedua, orang-orang jahil yang berusaha menafsirkan Alquran dan mencari-cari ta'wilnya, padahal tak ada yang mengetahui ta'wilnya kecuali Allah. Ketiga, alim ulama ditelantarkan dan tidak akan dipedulikan oleh umatku.'' (HR Thabrani).

''Dewasa ini, berbagai ucapan buruk telah dilontarkan kepada alim ulama,'' kata Syekh Al-Kandahlawi. Untuk itu, umat perlu berhati-hati dalam membicarakan ulama.

''Jika di dunia ini tidak ada alim ulama yang benar dan jujur dan yang ada hanyalah orang-orang jahil dan ulama suu', kita tetap tak boleh menuduh seorang ulama itu suu' hanya berdasarkan ucapan orang.''

Menurutnya, seluruh Muslim  di dunia wajib mewujudkan masyarakat Islam yang dapat melahirkan alim ulama yang hakiki. Sebab, keberadaan ulama di tengah-tengah umat merupakan fardu kifayah.

''Apabila suatu jamaah sudah mewujudkannya, maka tuntutan hukum fardu gugur dari semuanya. Jika kita lalaikan usaha mewujudkan ulama yang hakiki, maka kita semua berdosa,'' papar Al-Kandahlawi.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement