Selasa 25 Sep 2012 21:15 WIB

Lunturnya Tradisi Mengaji Usai Maghrib

Rep: Yulianingsih/ Red: Chairul Akhmad
Anak-anak mengaji Alquran (ilustrasi).
Foto: AP
Anak-anak mengaji Alquran (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Tradisi mengaji setelah Maghrib di Kota Yogyakarta, bahkan di wilayah lain di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dinilai semakin luntur seiring majunya teknologi informasi, khususnya televisi.

Akibatnya, generasi Qur'ani yang diidam-idamkan menjadi penerus pembangunan Yogyakarta sulit akan tercapai.

Sementara beban mata pelajaran di sekolah semakin tinggi, sehingga anak-anak pulang sore dari sekolah dan tidak sempat lagi mengaji di masjid.

Kondisi ini menjadi keprihatinan tersendiri bagi Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Yogyakarta.

Untuk meminimalisir kondisi tersebut, Baznas Kota Yogyakarta bekerjasama dengan Kantor Kementrian Agama setempat dan badan koordinasi taman pendidikan Alquran (Badko TPA) se-Kota Yogyakarta akan menggelar deklarasi gerakan masyarakat Maghrib mengaji (Gemar) mengaji di Kota Yogyakarta.

Deklarasi ini akan dilakukan oleh Menteri Agama, Suryadhama Ali, di depan Masjid Diponegoro Kompleks Balaikota Yogyakarta, Rabu (26/9) petang.

Misbahrudin, Ketua Panitia Gemar Mengaji, mengatakan deklarasi ini dilakukan sebagai salah satu langkah membumikan Alquran di kalangan generasi muda di Yogyakarta.

"Ini salah satu upaya kami menciptakan generasi Qur'ani di Yogyakarta, karena seiring munculnya media televisi, tradisi mengaji setelah Maghrib hingga Isya mulai luntur," ujarnya, Selasa (25/9).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement