REPUBLIKA.CO.ID, Penguasa Ilkhaniyah kelima adalah Gaykhatu Khan. Ia memerintah selama empat tahun, dari 1291 hingga 1295.
Gaykhatu terbunuh dalam sebuah konspirasi yang dilakukan oleh Taghachar, komandan pasukan Mongol. Gaykhatu kemudian digantikan oleh sepupunya, Baydu Khan.
Kematian Gaykhatu pun memicu perang sipil, dan selang lima bulan setelah berkuasa, Baydu dieksekusi pada 5 Oktober 1295.
Pengganti Baydu adalah Mahmud Ghazan Khan (1295-1304). Pengangkatan Ghazan Khan menjadi penguasa, menandai era baru pemerintahan Islam di bawah penguasa Dinasti Ilkhaniyah. Ghazan yang diangkat sebagai raja ketujuh Dinasti Ilkhaniyah adalah seorang pemeluk agama Islam.
Pengangkatan Ghazan juga mengubah kehidupan perkerabatan Ilkhaniyah. Meskipun sebagai raja keturunan Mongol yang tetap memelihara hubungan langsung dengan Khan Agung di Cina, Ghazan juga mulai beradaptasi dengan budaya Persia, antara lain, tidak lagi hidup secara nomaden seperti para penguasa sebelumnya.
Ketika berkuasa, Ghazan melantik seorang perdana menteri dari kalangan Muslim yang bernama Rashid al-Din (wafat 1318). Bersama perdana menterinya ini, Ghazan melakukan perubahan besar-besaran dalam budaya masyarakat. Ia mencanangkan program reformasi dan revitalisasi ekonomi, memanfaatkan pendapatan pemerintah untuk mendirikan fasilitas sosial baru, termasuk keagamaan.
Ghazan juga membangun pusat pemerintahan di Tabriz, yang kemudian berkembang pesat menjadi kota internasional utama di dunia. Pada waktu itu, Tabriz memiliki daya tarik sangat besar bagi para pedagang dan seniman dari hampir semua wilayah di sekitarnya, seperti Persia, Mongol, Arab, Turki, Cina, Armenia, Bizantium, dan Eropa Barat.
Pedagang-pedagang dari wilayah Italia, seperti Venezia, Genoa, dan Piza juga menjalin hubungan dagang dengan Tabriz. Efek dari reformasi Ghazan dalam periode 1295 hingga 1304, menurut Sheila S Blair dalam bukunya “The Art and Architecture of Islam” dilanjutkan oleh para penggantinya, yakni saudaranya Uljaytu (1304-1316) dan sepupunya Abu Sa'id (1317-1335).