REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Busana muslim tak hanya diminati kaum muslimin dan muslimat saja. Tak sedikit non-muslim yang mengekor dan mulai mengenakan busana muslim.
"Kondisi ini membuka peluang bisnis untuk membuat desain pakaian muslim," kata H Afif Syakur, desain terkemuka pada 'Dialog Pendidikan Desain Busana dan Batik' di Fakultas Teknologi Industri (FTI) UII Yogyakarta, Kamis (13/9).
Dialog digelar bersamaan dengan peluncuran Pusat Studi Fashion Desain dan Batik. Selain itu, juga dibuka pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat umum.
Untuk memenangkan persaingan dalam berbisnis pakaian muslim motif batik, desainer harus bisa menciptakan produk unggulan. Ciri produk unggulan, pakaian bisa meningkatkan gengsi yang mengenakannya.
"Kalau dikenakan orang gemuk, bisa kelihatan langsing. Sebaliknya, bila dipakai orang kurus bisa kelihatan gemuk," timpal Afif yang juga anggota Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API).
Produk unggulan juga harus memiliki sifat mudah membikinnya, sulit dicontoh dan harganya mahal. Sehingga produk tersebut bisa memberi keuntungan yang besar bagi desainer.
Bagi desainer yang sudah menguasai bidangnya, menciptakan produk unggulan tidak terlalu sulit. "Jika menguasai bidang yang digeluti, pasti tahu cara membuatnya dengan mudah. Tetapi orang lain belum tentu bisa membuat apa yang menjadi produk unggulan kita," ujar Afif.
Selain itu menurut Afif, agar produk unggulan tidak cepat usang harus diciptakan secara berkelanjutan. Artinya, tidak seluruh produk unggulan dikeluarkan semuanya, tetapi harus dikeluarkan secara bertahap. Walhasil konsumen selalu menunggu produk unggulan terbaru.