Kamis 30 Aug 2012 17:23 WIB

Ulama Madura Berkeras Pengikut Tajul Muluk Direlokasi

Rep: Amri Amrullah/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Kegiatan di kompleks Ikatan Jamaah Ahlil Bait Indonesia (IJABI) Tajul Muluk, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur.
Foto: Tribunnews
Kegiatan di kompleks Ikatan Jamaah Ahlil Bait Indonesia (IJABI) Tajul Muluk, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA--Tokoh Ulama se Madura ngotot agar semua pengikut Tajul Muluk yang menganut Syiah untuk segera direlokasi ke luar Madura bila keamanan dan kedamaian Sampang ingin tercipta.

Pandangan disampaikan beberapa tokoh sepuh Ulama Madura dalam rapat koordinasi terbatas kepada Majelis Ulama Indonesia Provinsi Jawa Timur di Surabaya, Kamis (30/8)."Kalau mau Sampang kembali aman dan damai seperti dulu, kami meminta pemerintah merelokasi pengikut Tajul Muluk secepatnya dari Madura," ujar KH. Nailurrahman usai rapat koordinasi dengan MUI Jatim kepada Republika.

Pasalnya, jelas dia, yang menciptakan permasalahan sejak awal bukanlah masyarakat Sampang, khususnya warga di Dusun Nangkernang, Desa Gayam. Tetapi, ujar dia, Tajul Muluk dan pengikutnyalah yang membuat permasalahan di sana dengan membuat keresahan di masyarakat karena telah menodai ajaran Islam.

"Paham Tajul Muluk dan pengikutnya itu sudah merongrong keyakinan masyarakat yang Ahlussunnah Wal Jamaah di Sampang," ujarnya. Menurut KH. Nailurrahman diantara penistaannya itu adalah Rukun Islamnya lain, Rukun Imannya beda, dan mereka mengkafirkan sahabat nabi.

Keyakinan inilah yang telah merongrong keyakinan umat Islam disana yang bersebrangan dengan keyakinan Tajul Muluk ini dengan pengikutnya. Karena sebelumnya, terang dia, sebelum 2003 ketika Tajul Muluk belum datang ke Sampang, kota itu damai-damai saja dan tidak ada kekerasan seperti ini.

Selain itu, KH. Nailurrahman juga memastikan bahwa tidak ada konflik dan komunitas Syiah di Sampang, yang ada penistaan agama. Jadi KH. Nailurrahman menyangkal bahwa akar masalah terjadinya konflik Sampang karena urusan asmara seperti yang diberitakan di media belakangan.

"Ini murni masalah keyakinan dan urusan asmara hanya memperuncing masalah yang sudah ada saja," ungkap Ulama yang juga pengasuh Pondok Pesantren (PP) Ummul Qura' di Pamekasan ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement