Senin 27 Aug 2012 06:21 WIB

Umayyah binti Qais, Pelopor Juru Rawat Perempuan (1)

Rep: Susie Evidia/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: blogger.net
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Perang yang berkecamuk di zaman Rasulullah SAW, tak hanya melibatkan kaum Adam.

Di saat para laki-laki mengangkat senjata dan menghadapi musuh, terdapat tangan-tangan lentik nan terampil sekelompok perempuan, berdiri di belakang barisan pasukan Islam.

Keikutsertaan kaum Hawa itu tak lain ialah membantu memberikan tindakan medis bagi para korban perang yang terluka. Ini adalah bentuk lain partisipasi mereka dalam jihad di jalan Allah SWT.

Salah satu nama perawat tersohor kala itu ialah sahabat perempuan (shahabiyah) Umayyah binti Qais Al-Ghiffariah. Bahkan, atas dedikasinya tersebut, ia didaulat sebagai pelopor perempuan di dunia perawatan.

Umayyah, begitu akrab disapa adalah shahabiyah yang berasal dari suku Ghiffar, keturunan Abu Dzar Al-Ghiffari. Ketika awal dakwah Islam, Abu Dzar berdomisili di Madinah. Jauh dari pusat penyebaran syiar di Makkah.

Jarak itu tak menghalanginya untuk berdakwa. Hidayah ini turut pula mengilhami Umayyah belia untuk menganut Islam. Ia bahkan rela menempuh jarah yang jauh hanya untuk bertemu Rasulullah. Sosok yang terkenal cerdas dan berhati emas ini bermaksud menyampaikan ikrar keislamannya di hadapan Rasulullah secara langsung.

Kepasrahan itu tak terbatas pada pengakuan lisan. Umayyah ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya untuk mengabdi di jalan-Nya. Hal ini dibuktikan dengan partisipasinya di Perang Khaibar.

Ia menyatakan diri ikut berperang sebagai tim juru rawat. Ia mengajak teman-teman perempuan dari suku Ghiffar untuk bergabung ke medan perang. Keinginannya itu sempat mendapat penolakan Rasulullah.

Bahkan, dikisahkan Nabi sempat marah melihat kekeraskepalaan perempuan Bani Ghiffar. “Atas izin siapa kalian ikut berperang?” tanya Rasul.

Mereka menjawab, bidang kerja yang mereka geluti nanti di peperangan tidak berada di garis depan, tetapi memberi dukungan medis bagi para pejuang. “Kami keluar dengan membawa obat-obatan untuk mengobati mereka yang terluka, mencabut panah dari tubuh pejuang, memberi minum, menyiapkan makanan, dan ikut berjuang di jalan Allah.”

Rasulullah lega mendengar jawaban mereka. “Kalau begitu, silakan berangkat,” jawab Rasulullah. Sebelum berangkat, Nabi berpesan kepada Umayyah agar menjalankan tugas sebaik-baiknya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement