Rabu 22 Aug 2012 19:34 WIB

Masjid Ibnu Tulun, Gaya Mesir Abad Pertengahan (1)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
 Masjid Ibnu Tulun di Kairo, Mesir.
Foto: qualitybath.com
Masjid Ibnu Tulun di Kairo, Mesir.

REPUBLIKA.CO.ID, Mesir terkenal dengan peradabannya yang gemilang. Seperti piramida, patung Sphinx, Istana Luxor, Museum Karnak, Kuil Qarun El-Fayyum, dan Alexandria (Iskandariyah).

Dan, bagi yang pernah ke Mesir, tentu mereka tak akan melewatkan untuk melihat-lihat bukti peradaban masa lalu, peninggalan Firaun atau bahkan melihat mumi Firaun yang diawetkan. 

Banyak bukti sejarah yang menunjukkan mahakarya itu sebagai peninggalan dari masa Firaun hingga masa kejayaan Islam, seperti Universitas Al-Azhar yang menjadi universitas Islam tertua di dunia.

Selain al-Azhar, salah satu peninggalan umat Islam di negeri yang terletak di Benua Afrika tersebut adalah Masjid Ibnu Tulun.

Masjid ini merupakan salah satu bukti kejayaan Islam di Mesir pada masa lalu. Bangunannya menjadi salah satu masjid tertua di Kota Kairo setelah Masjid Amr Ibn Ash. Karenanya, tak mengherankan jika Masjid Ibnu Tulun dianggap sebagai situs kuno yang harus dilindungi Pemerintah Mesir.

Masjid ini didirikan pada 879 M oleh Gubernur Mesir saat itu, Ahmad Ibnu Tulun. Jika dibandingkan dengan Masjid Amr Ibn Ash yang merupakan masjid pertama di Mesir sekaligus di Benua Afrika, Masjid Ibnu Tulun terlihat lebih tua, mungkin karena restorasi yang dilakukan di masjid ini berusaha mempertahankan keaslian dari bangunan awalnya.

Jika diperhatikan secara saksama saat mengelilingi masjid ini, maka akan ditemukan bagian dinding yang masih merupakan bagian dari bangunan aslinya.

Bangunan masjid ini sudah mengalami beberapa kali perbaikan. Perbaikan pertama dilakukan tahun 1177, saat itu negeri Mesir berada di bawah kekuasaan Badr Al-Jamali, seorang gubernur yang ditunjuk oleh penguasa Daulah Fatimiyah.

Al-Jamali dikenal karena idenya untuk menambahkan kalimat “Dan Ali adalah Wali Allah” pada tulisan dua kalimat syahadat yang terdapat pada dinding mihrab Masjid Ibnu Tulun. Penambahan kalimat tersebut menjadikan tulisan kalimat dua syahadat yang terpahat pada dinding mihrab masjid ini diyakini sebagai kalimat syahadat versi syiah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement