Sabtu 18 Aug 2012 10:22 WIB

Inilah Suasana Idul Fitri Pertama di Libya tanpa Qadafi

Rep: Gita Amanda/ Red: Endah Hapsari
 Warga Libya mengacungkan tanda
Foto: Francois Mori/AP
Warga Libya mengacungkan tanda "victory" sambil memegang tasbih di Benghazi,Libya.

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI-- Warga Libya bersiap-siap merayakan Idul Fitri pertama mereka tanpa Kepemimpinan Muammar Qadafi. Banyak warga mengaku senang dengan perayaan Idul Fitri kali ini, terutama setelah terpilihnya Majelis Nasional baru Libya.

Beberapa hari menjelang Idu Fitri banyak warga pergi ke pasar di Tripoli. Mereka membeli baju baru dan makanan untuk memeriahkan Idul Fitri.

Banyak warga mengatakan, mereka melihat ke depan untuk merayakan Idul Fitri pertama setelah kematian Qadafi.. Seperti diketahui, Qadafi digulingkan dari kepemimpinannya pada Agustus 2011 lalu, dan ditangkap serta dibunuh pada Oktober.

Salah seorang warga Rawad Youssef mengatakan, ini adalah Idul Fitri pertama yang mereka alami tanpa Qadafi. Mereka menyatakan sangat berterima kasih kepada Tuhan karena kondisi ini. "Kami berterima kasih pada Tuhan, kami sangat senang dan situasinya sangat stabil di Libya," ujar Youssef.

Penduduk Tripoli lain Ezz el-Deen Muhammad juga menyatakan hal serupa. Ia senang aturan Qadafi telah berakhir di Libya. Ia merasa sebagai warga Libya sesungguhnya karena telah berhasil menyingkirkan tiran tersebut.

Namun ia menambahkan, sebaiknya momen Idu Fitri ini juga dijadikan pengingat bagi orang-orang yang telah tewas dalam pertempuran tahun lalu. " Saat Idul Fitri ini mengingatkan saya pada orang-orang yang kehilangan nyawa, kita tak boleh melupakan mereka," ujar Muhammad.

Sementara penuduk lain Jamal al-Gnedi menekankan pekerjaan penting para pemimpin baru, untuk menyatukan Libya. Menyusul banyak konflik yang terjadi di Libya usai penggulingan Qadafi. Menurutnya Idul Fitri dapat menjadi momen bersatunya Libya, tidak ada lagi timur atau barat.

Selama ini ketidakpuasan telah lama melanda kota timur Libya, Benghazi. Tempat tersebut akhirnya melahirkan pemberontak anti-Qaddafi. Kelompok tersebut khawatir wilyah timur akan terpinggirkan oleh otoritas yang kini terpusat di Tripoli. Menenangkan persaingan yang terjadi di daerah-daerah di Libya, menjadi masalah berat para pemimpin baru Libya kini.

Dewan yang berkuasa di Libya telah menyerahkan kekuasaan pada Majelis Nasional, yang baru terpilih pekan lalu. Peristiwa tersebut menjadi transisi damai pertama kekuasaan Libya pertama dalam sejarah modern.

Veteran lawan Qadafi, Muhammed Magarief, ditunjuk sebagai kepala majelis oleh sekitar 200 anggota kongres.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement