REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON-- Serangan terhadap Muslim Amerika Serikat menimbulkan kekhawatiran menghadapi hari raya Idul Fitri. Beberapa waktu terakhir, Muslim AS kerap mendapat serangan rasis diberbagai penjuru negeri tersebut.
Pada Kamis (17/8) lalu, seorang warga AS keturunan Palestina mengunjungi makam ayahnya di pemakaman Muslim di Taman Evergreen, di pinggir barat daya Chicago. Saat itu ia melihat grafiti di atas batu nisan. Dalam grafiti tersebut tertulis dengan spidol, "Muhammad adalah pembohong" dan " F*ck kain kepala".
Dalam dua pekan sebelum grafiti tersebut ditemukan, tujuh pusat Islam di AS diserang orang tak dikenal. Mulai dari California hingga ke Rhode Island, pusat-pusat Islam mengalami penyerangan. Terakhir penyerangan di sebuah masjid di Joplin, Missouri. Masjid tersebut dibakar dalam upaya kedua menghancurkan masjid, setelah sebulan sebelumnya gagal.
Masyarakat Muslim AS tengah menerima perhatian berbeda akhir-akhir ini. Ini bukan sesuatu yang menyenangkan bagi mereka. Berakhirnya Ramadhan dan datangnya Idul Fitri menimbulkan kekhawatiran. Muslim AS bertanya mengapa media dan politisi terpilih, tak berbuat banyak dalam menyoroti serangan terhadap komunitas mereka.
Perwakilan Muslim As Joe Walsh mengatakan, ia yakin akan adanya ketegangan radikal Islam di negara ini. Terlebih setelah peristiwa
9/11 di AS, membawa stigma negatif Muslim sebagai teroris.
Salah seorang warga AS keturunan Mesir Sonia Hassan yang juga merupakan penduduk Elk Grove mengatakan, ia sangat marah akan peristiwa tersebut. Jika berada di sana ia ingin mengatakan pada para pelaku 9/11, apa yang mereka lakukan membawa dampak buruk. Menurutnya masyarakat AS akhirnya memiliki pandangan negatif terhadap warga Muslim di sana.
Hassan mengatakan, orangtuanya merupakan imigran dari Mesir ke Elk Grove pada pertengahan 1970an. Orangtuanya merupakan Arab Muslim pertama di daerah tersebut, awalnya tak ada masalah hingga peristiwa tersebut terjadi.
Ia menggambarkan, insiden beberapa tahun lalu saat tetangga seberang jalan mendekati ibunya. Tetangganya tersebut kemudian meneriakkan satu kata pada ibunya, "teroris", sebelum kembali ke rumahnya. Sementara awal musim panas ini, menurutnya, mobil penuh pria melemparkan balon air ke rumahnya. Ia juga mendapat lolongan rasis dari para pria tersebut.