REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr HM Harry Mulya Zein
Belum lama ini kita mendengar berita terjadi penembakan massal saat pemutaran film perdana Batman The Dark Knight Rises di Aurora, Colorado, Amerika Serikat. Sejumlah media online, termasuk republika online menulis, pelaku yang bernama James Holmes merupakan dokter ahli syaraf. Jiwa dia terguncang dengan kehidupan, sehingga berimajinasi dengan tokoh bernama “The Jocker”, yang dalam film Batman merupakan tokoh psikopat senang membunuh secara sadis.
Tanpa disadari, di dalam jiwa James Holmes terjadi pergolakan antara jiwa yang terus menerus memerintahkan berbuat kejahatan dengan jiwa yang menyuruh berbuat kebajikan. Di dalam ajaran Islam, setiap perbuatan keji, mungkar dan kemaksiatan yang dilakukan anak manusia merupakan bagian dari penguasaan jiwa yang memerintahkan berbuat kejahatan. Ketika jiwa ini menguasai seorang anak manusia, maka akan tercipta manusia-manusia yang mudah berbuat kejahatan.
Agar tubuh kita tidak dikuasai oleh jiwa yang jahat, maka jalan keluarnya adalah selalu mengingat Allah SWT. Dalam sebuah referensi disebutkan, puasa merupakan jalan untuk membangun kekuasaan jiwa, menguatkan serta meneguhkannya untuk melaksanakan risalahnya dan memfungsikan perannya dalam menjaga kedamaian dan ketenangan dalam diri seseorang.
Peranan penting dari kekuasaan jiwa itu adalah pengarahan melalui kecaman dan teguran yang keras setiap kali gangguan jiwa berupaya untuk mengajak berbuat jahat, memperdayanya atau menjebaknya agar tunduk kepadanya.
Demikianlah, berbagai pertempuran bersembunyi di dalam jiwa dan berbagai kekuatan kebaikan akan menang, yang selanjutnya kedamaian dan rasa aman akan menyelimut dalam jiwa, kemudian beralih ke seluruh anggota badan sehingga bagian yang lain pun menikmati rasa aman dan ketenangan. Akhirnya semua kebaikan terealisasi bagi setiap muslim yang menjalankan ibadah puasa.
Puasa merealisasikan semacam kesatuan tujuan, rasa, nurani, yang sehat untuk menjalani kehidupan di masyarakat. Sebagaimana Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kalian semua, agama yang satu dan Aku adalah Rabb kalian, maka bertakwalah kepada-Ku.” (Al-Mu'minun: 52)
Berpuasa diyakini sebagai bimbingan untuk terus mengetahui tujuan dari penciptaan diri kita, mempersiapkan diri kita untuk mengambil semua sarana takwa yang akan melindunginya dari kehinaan, kerendahan, dan kerugian di dunia dan akhirat. Pada akhirnya hati kita akan selamat dari penyakit syubhat dan penyakit syahwat yang telah menimpa banyak orang.
Syekh Abdul Aziz bin Baaz telah mengatakan,”Pada puasa itu terdapat banyak manfaat dan hikmah yang besar, diantaranya adalah pembersihan, penggemblengan dan pensucian jiwa dari akhlak tercela dan sifat-sifat buruk, seperti tamak, rakus dan kikir, untuk kemudian dibiasakan dengan akhlak mulia seperti sabar, santun,dermawan, murah hati, dan pengerahan jiwa untuk mengerjakan segala hal yang diridhai Allah dan dapat mendekatkan diri kepada-Nya.”
Manfaat puasa lainnya adalah membuat seorang hamba dapat memahami dirinya sendiri dan juga kebutuhannya, kelemahan dan kebutuhan dirinyaakan Rabb-nya. Puasa juga mengingatkan diri akan keagungan nikmat Allah yang telah diberikan.
Hal ini diperkuat oleh beberapa hadis Rasulullah Saw bersabda: “Lakukanlah puasa karena dapat menimbulkan kerehatan dan menghilangkan kesulitan.” Diriwayatkan juga melalui Imam Baqir ada hadis yang menyatakan: “Puasa dan haji memberikan ketenangan hati.”
Semoga puasa Ramadhan ini akan dapat mengantar kita ke gerbang Al-Rayyan, pintu surga yang dijanjikannya hanya kepada orang-orang yang berpuasa dan menenangkan jiwa-jiwa yang resah akibat kerakusan nafsu duniawi.