REPUBLIKA.CO.ID, BANJUL - Presiden Gambia Alhaji Yahya Jammeh prihatin dengan maraknya praktek jasa pembacaan Alquran saat prosesi pemakaman keluarga kaya. Menurutnya, praktek tersebut merupakan bentuk komersialisasi Alquran dan Islam.
Untuk itu, Presiden Jammeh meminta Dewan Tertinggi Islam Gambia untuk mengatur masalah itu sebelum praktek itu mengakar di masyarakat. "Saya harapkan praktek itu tidak menyebar. Seperti apa wajah Islam dalam masyarakat kita," kata dia seperti dikutip dari allafrica.com, Rabu (24/7).
Ia menekankan Alquran dibaca untuk meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT bukan untuk hal yang tidak wajar. "Anda tahu, ketika individu muncul dalam jumlah besar lalu mereka menghadiri pemakamam orang kaya, lalu diminta membacakan ayat suci Alquran karena uang, kelak anda tidak akan mampu menampung semua orang," kritik Jammeh.
Jammeh menuturkan, setiap muslim tahu, kemiskinan jangan sampai menggadaikan iman. Menggadaikan iman itu salah satunya mengkomersilkan pembacaan Alquran. "Inilah yang terjadi," ucapnya.
Ke depan, Presiden Jammeh berjanji tidak akan mentolerir setiap perilaku atau sikap yang tidak mencerminkan penggambaran positif umat Islam di Gambia. "Anda harus menghindari hal yang merusak iman anda. Perlu anda ketahui, anda tidak tahu apa yang terjadi di masa depan," ucapnya.
Menjual Bantuan
Tak hanya soal komersialisasi Islam, Presiden Jammeh menyoroti soal penyalahgunaan bantuan yang diberikan kepada warga tak mampu. "Bantuan ini diberikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Anehnya, bantuan itu justru dijual kembali dengan harga tinggi," keluhnya.
Sebabnya, Jammeh berencana akan mengawasi setiap bantuan yang diberikan. Itu dilakukan guna menghindari penyalahgunaan bantuan. Menurut dia, bantuan itu dimaksudkan guna mendorong umat Islam agar takut kepada Allah. Nyatanya, justru keserakahan dan ketidakjujuran yang mendominasi.
"Mari kita berhati-hati dan instrospeksi diri sebelum melakukan sesuatu," kata dia.