REPUBLIKA.CO.ID, Ketika Utsman bin Mazh’un menyaksikan penderitaan yang dialami oleh para sahabat Rasulullah SAW, sementara ia sendiri pulang pergi dengan aman dan tenteram disebabkan perlindungan Walid bin Mughirah.
Ia berkata, "Demi Allah, sesungguhnya mondar-mandirku dalam keadaan aman disebabkan perlindungan seorang tokoh golongan musyrik, sedang teman-teman sejawat dan kawan-kawan seagama menderita azab dan siksa yang tidak kualami. Ini merupakan suatu kerugian besar bagiku."
Lalu ia pergi mendapatkan Walid bin Mughirah, seraya berkata, “Wahai Abu Abdi Syams, cukuplah sudah perlindungan anda.”
“Kenapa, wahai keponakanku?” tanya Walid. “Mungkin ada salah seorang anak buahku yang mengganggumu?”
“Tidak,” jawab Utsman, “Hanya saya ingin berlindung kepada Allah, dan tak suka lagi kepada lain-Nya! Karenanya pergilah anda ke masjid serta umumkanlah maksudku ini secara terbuka seperti anda dahulu mengumumkan perlindungan terhadap diriku.”
Lalu mereka berdua pergi ke masjid. Walid berkata, “Utsman ini datang untuk mengembalikan kepadaku, jaminan perlindungan terhadap dirinya.”
Setelah itu, Utsman pun berlalu. Sedang di salah satu gedung pertemuan kaum Quraisy, Lubaid bin Rabi’ah menggubah sebuah syair dan melagukannya di hadapan mereka, hingga Utsman jadi tertarik karenanya dan ikut duduk bersama mereka.
Lubaid berkata, “Ingatlah bahwa apa juga yang terdapat di bawah kolong ini selain Allah adalah hampa!”
“Benar ucapan anda itu,” kata Utsman menanggapinya.
Kata Lubaid lagi, “Dan semua kesenangan, tak dapat tiada lenyap dan sirna!”
“Itu dusta,”kata Utsman, “Karena kesenangan surga takkan lenyap.”
“Hai orang-orang Quraisy, demi Allah, tak pernah aku sebagai teman duduk kalian disakiti orang selama ini. Bagaimana sikap kalian kalau ini terjadi?” tanya Lubaid.
Salah seorang di antara mereka berkata, “Si tolol ini telah meninggalkan agama kita. Jadi tak usah digubris apa ucapannya!”
Utsman membalas ucapannya itu hingga di antara mereka tejadi pertengkaran. Orang itu tiba-tiba bangkit mendekati Utsman lalu meninjunya hingga tepat mengenai matanya, sementara Walid bin Mughirah masih berada di dekat itu dan menyaksikan apa yang terjadi.
Ia berkata kepada Utsman, “Wahai keponakanku, jika matamu kebal terhadap bahaya yang menimpa, maka sungguh benteng perlindunganmu amat tangguh!"
Kata Utsman, “Tidak, bahkan mataku yang sehat ini amat membutuhkan pula pukulan yang telah dialami saudaranya di jalan Allah! Dan sungguh wahai Abu Abdi Syams, saya berada dalam perlindungan Allah yang lebih kuat dan lebih mampu daripadamu!”
“Ayolah Utsman”, kata Walid pula, “Jika kamu ingin, kembalilah masuk ke dalam perlindunganku!”
“Terima kasih!” ujar Ibnu Mazh’un menolak tawaran itu.