Jumat 20 Jul 2012 20:35 WIB

Lathaif Al-Mannan, Dedikasi bagi Para Wali (2)

Rep: Nashih Nashrullah / Red: Chairul Akhmad
Kitab (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Kitab (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Selain magnum opus-nya yang menumental, Al-Hikam, Ibnu Athaillah juga menulis sejumlah kitab, antara lain At-Tanwir fi Isqath At-Tadbir, Taj Al-Arus, Miftah Al-Falah, dan Al-Qaul Al-Mujarrad Fi Ism Al-Mufrad.

Mencermati gaya penulisan dan kualitas hasil karya Ibnu Atha—termasuk kitab Lathaif—maka akan didapati sebuah kesimpulan bahwa, cara penyajian, bahasa yang digunakan, dan kecermatan penulis menyampaikan materi, laik mendapat apresiasi.

Karya-karya Ibnu Atha mendapat tempat di hati para pegiat tasawuf dan cendekiawan Muslim. Sebut saja, pendiri tarekat sufi As-Syadziliyah, Abu Al-Hasan As-Syadzili.

Ia mangatakan, apabila kitab Ihya Ulumuddin yang ditulis memberikan faedah dari sisi ilmu, kitab Qut Al-Qulub karya Abu Thalib Al-Makki mencurahkan cahaya, maka kitab-kitab Ibnu Athaillah juga demikian.

Selain menyuguhkan ilmu, kitab Lathaif Al-Mannan juga membawa pencerahan. Bahkan, Muhammad Abduh pernah menyebut Al-Hikam nyaris “menyerupai” Alquran.  

Dalam uraiannya di kitab Lathaif ini, Ibnu Athaillah, tidak secara langsung memasuki tujuan dan maksudnya tersebut. Melainkan, yang ia lakukan terlebih dahulu dalam mukadimah kitabnya ialah memaparkan tentang konsep kewalian berikut legalitasnya dalam Islam.

Poin yang ia tekankan pertama kali ialah kenyataan bahwasannya Rasulullah Muhammad SAW adalah manusia terbaik. Penekanan ini merupakan sebuah isyarat sederhana yang hendak ditampilkan oleh Ibnu Athaillah bahwa konsepsi wali tak lain ialah estafeta dari misi penyebaran risalah yang dibawa oleh Rasulullah.

Lalu pada pembahasan selanjutnya, ia menjelaskan tentang hal ihwal mengenai konsep kewalian (al-wilayat) dalam Islam. Di bagian berikutnya, secara khusus ia memaparkan tujuan penulisannya itu, yaitu dokumentasi tentang Al-Mursi yang meliputi biografi singkat, karomah yang dimiliki, serta pengakuan-pengakuan tokoh yang hidup di masa Al-Mursi.

Hal yang paling utama ialah mendokumentasikan pemikiran-pemikiran Al-Mursi di bidang tasawuf.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement