Kamis 12 Jul 2012 22:06 WIB

Jeremy Boulter: Tuhan Itu Perkasa, Tak Butuh Perantara (7)

Rep: Agung Sasongko/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Jeremy tak berhenti takjub dengan apa yang ia alami. Namun, dalam hatinya ia sudah mantap memeluk Islam.

Akan tetapi, ada tiga hal penting yang harus diselesaikan. "Istri saya tentu harus menerima agama ini, lalu ia setuju meninggalkan pekerjaannya dan tinggal bersama saya di Saudi," kata Jeremy.

Dengan kata lain, Jeremy sebenarnya sudah mantap dengan apa yang ia simpulkan. Hanya saja, ia tidak mau meninggalkan masalah apa pun. Mulailah ia mengajak bicara istrinya. Ia berusaha menjelaskan semuanya tanpa berlebihan.

Anabela terkejut bukan kepalang ketika mengetahui apa yang telah diputuskan suaminya. "Sepertinya kau telah berpindah agama," kata Anabela dalam surat elektronik yang dikirimkan kepada Jeremy.

Dalam surat balasannya, Jeremy mengaku telah memutuskan untuk memeluk Islam. Anabela sempat kesal lantaran Jeremy tidak berkonsultasi dengannya. Namun, Jeremy meyakinkan sang istri bahwa dirinya belum menjadi Muslim.

“Tapi hati saya telah mejadi Muslim,” ungkap Jeremy. “Saya sempat merasa ragu dengan hal ini, tapi masalah itu sempat lenyap sementara saat Natal tiba."

Berpaling sejenak dari persoalan dengan istrinya, Jeremy tergerak untuk melihat bagaimana seorang Muslim melaksanakan shalat. Saat itu, ia tengah berjalan-jalan di pusat kota. Spontan saja, ia membeli pakaian tradisional Timur Tengah. Ia kenakan baju itu, lalu ia mengikuti umat Muslim yang berjalan mengikut asal suara azan.

Sepanjang jalan, Jeremy sedikit gelisah. Ia berhenti sejenak. Rupanya, shalat sudah dimulai. Ia lihat seluruh orang mengangkat tangannya lalu melipatnya di atas dada mereka. Berada pada barisan belakang, Jeremy langsung saja memasuki shaf yang masih kosong. Ia tiru setiap gerakan shalat.

Selesai shalat, Jeremy dihampiri dua anak-anak. Mereka menyapa Jeremy, "Anda Muslim?"

Mendengar sapaan anak-anak itu, Jeremy gelisah. Tapi dengan tenang ia balas sapaan itu. Tanpa diduga, anak-anak itu memberitahunya bagaimana gerakan shalat yang benar. Mereka mengarahkan bagaimana seharusnya ia bersujud dan rukuk. "Anak-anak itu segera menarik tanganku, entah saya mau dibawa kemana," kenang Jeremy.

Tak lama, ia sampai di sebuah rumah. Di dalamnya, terdapat remaja berusia 15-16 tahun. Ia lalu menyapa Jeremy. Lantaran tidak mengerti apa yang diucapkannya, Jeremy hanya mengangguk. Remaja itu beranjak dari tempat duduknya, lalu memasuki ruangan lain. Lima menit kemudian, ia sajikan secangkir kecil kopi Arab. Jeremy dan remaja itu lalu terlibat perbincangan.

Remaja itu hanya bisa membalas pertanyaan Jeremy dengan bahasa isyarat. Dari isyarat itu, Jeremy mengartikan bahwa ia harus menunggu. Tak lama berselang, datang seorang pria dewasa. Dia tampak terkejut ketika melihat saudaranya bersama Jeremy.

"Amerika?" tanya Pria itu.

"Tidak, Saya Inggris," jawab Jeremy.

"Selamat datang," sapa pria itu. Lalu pria itu mengucapkan “Tawadha!”, yang artinya ambil wudhu. Ia ingin Jeremy bersiap-siap menuju masjid guna melaksanakan shalat Isya. Seperti sebelumnya, Jeremy meniru setiap gerakannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement