REPUBLIKA.CO.ID, Khalifah Umar bin Khathab RA, pernah menyertakan Ibnu Abbas dalam Majelis Permusyawaratan bersama-sama dengan para sahabat lainnya.
Melihatnya tampil, para sahabat terkadang meragukan kemampuannya. Di antara mereka bahkan ada yang berkata, ''Kenapa anak kecil ini dimasukkan bersama-sama kita. Kami punya anak yang lebih tua umurnya dibanding dengan dia.''
Namun demikian, Umar tetap pada keputusannya untuk mengikutsertakan Ibnu Abbas. Bukhari dalam Shahih-ya menyatakan, Ibnu Abbas memiliki keilmuan dan kedudukan yang tinggi dalam memahami kandungan dan rahasia-rahasia Alquran.
Bukhari meriwayatkan, Ibnu Abbas RA berkata, "Umar mengikutkanku bersama tokoh-tokoh Perang Badar. Di kalangan mereka ada yang bertanya dalam dirinya, lalu mengemukakan pendapat, ‘Kenapa anak ini diikutsertakan bersama kami? Padahal kami sungguh mempunyai anak yang seusia dengannya?’
Umar menjawab, ‘Dia adalah seorang yang sudah kalian ketahui, ia adalah orang yang terkenal kecerdasannya dan pengetahuannya.’
"Pada suatu ketika, Umar memanggil mereka dan mengikutkanku bersama mereka hanya sekadar diperkenalkan kepada mereka. Tiba-tiba Umar (memberi kesempatan pada mereka untuk bertanya) berkata, ‘Apakah pendapat sekalian tentang firman Allah: Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.’ (QS. An-Nashr: 1).
Sebagian mereka ada yang berpendapat, ‘Kami diperintah menuju Allah dan meminta ampun pada-Nya, tatkala kami dibantu oleh-Nya dan diberi kemenangan.’ Sebagian yang lain bungkam seribu bahasa.
Umar bertanya kepadaku, "Bagaimana dengan pendapatmu (hai Ibnu Abbas)?"
"Aku jawab, ‘Tidak benar!’
"Lalu, menurutmu bagaimana?"
"Aku menjawab, ‘Persoalannya adalah tentang ajal Rasulullah SAW di mana Allah memberitahukan kepadanya. Itu adalah suatu tanda tentang ajalmu (hai Muhammad), karena itu bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan istigfarlah (mohon ampun) kepada-Nya. Sungguh ia adalah Penerima Tobat.’
Umar berkata, "Demi Allah, aku tidak mengetahui kandungannya sebelum engkau jelaskan.”
Kisah tersebut menegaskan begitu hebatnya daya kemampuan pemahaman serta pendapat Ibnu Abbas dalam menyimpulkan petunjuk Alquran yang tidak dapat diketahui kecuali oleh orang-orang yang mendalami ilmu pengetahuannya. Tak heran, bila ia dijuluki sebagai Al-Bahr (Lautan Luas), karena kedalaman dan keluasan ilmunya.