REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden, Boediono mengatakan, Isra Miraj merupakan peristiwa penting dalam kehidupan Rasulullah SAW yang mengandung banyak hikmah bagi para umatnya. Peristiwa tersebut menjadi ujian bagi umat manusia dalam menentukan sikap yang pas antara keimanan dan penggunaan rasio dalam memahami peristiwa agama.
"Dalam agama memang ada hal-hal yang harus diterima melalui iman tanpa mempertanyakan lebih lanjut berdasarkan penalaran akal dan logika," katanya dalam peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW 1433 di Kantor Wakil Presiden, Senin (25/6) malam.
Agama, lanjut Boediono, dimulai dari penerimaan dalam hati yang disebut keimanan dan selanjutnya dibuktikan dengan tindakan nyata dalam bentuk ibadah dan amal shaleh. Ia mengatakan, Allah memberikan karunia akal untuk memahami kesemestaan ini dan memberi pujian terhadap orang-orang yang mau menggunakan akalnya.
Kendati demikian, Wapres mengatakan, harus disadari akal manusia memiliki keterbatasan, terutama dalam memahami persoalan-persoalan yang ada dalam ranah ilahiah. Nabi Muhammad SAW meminta umatnya untuk berpikir mengenai ciptaan Allah dan jangan berpikir mengenai Dzat Allah. Karena, menurut Wapres, jika berpikir akan Dzat Allah umat manusia bakal tersesat.
"Peristiwa Isra Miraj mengingatkan kita kapan saatnya kita menggunakan akal dan logika dalam memahami agama, dan kapan saatnya kita lebih banyak menggunakan hati kita untuk menerima kebenaran terhadap apa yang dibawa oleh Rasulullah secara imani," katanya.
Ia mengatakan meski manusia berusaha memahaminya dengan penalaran, namun harus diingat akan keterbatasan yang dimiliki manusia dalam memahami peristiwa keagamaan seperti ini. "Dengan kata lain Isra Miraj membuktikan bahwa ilmu (pengetahuan) dan qudrat Tuhan meliputi dan menjangkau. Bahkan mengatasi segala yang terbatas dan tidak terbatas tanpa memiliki batas ruang dan waktu," imbuh Wapres.