Senin 18 Jun 2012 23:53 WIB

Syattariyah, Tarekat dari Negeri Hindustan (4-habis)

Rep: Nidia Zuraya / Red: Chairul Akhmad
Zikir dan munajat kepada Allah (ilustrasi).
Foto: alifmusic.net
Zikir dan munajat kepada Allah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Satu hal yang harus diingat dalam hal ini adalah zikir hanya dapat dikuasai melalui bimbingan seorang guru atau syekh, pembimbing spiritual yang telah mencapai pandangan yang tajam mengenai rahasia-rahasia zikir.

Pembimbing spiritual ini adalah seseorang yang telah mencapai pandangan yang membangkitkan semua realitas, tidak bersikap sombong, dan tidak membukakan rahasia-rahasia pandangan batinnya kepada orang-orang yang tidak dapat dipercaya.

Untuk dapat menjalani zikir dalam Tarekat Syattariyah, setidaknya ada sejumlah persyaratan penting yang harus dipenuhi, yaitu makanan yang dimakan haruslah berasal dari jalan yang halal; selalu berkata benar; rendah hati; sedikit makan dan bicara; dan setia terhadap guru atau syekhnya.

Selain itu, konsentrasi hanya kepada Allah SWT; selalu berpuasa; memisahkan diri dari kehidupan ramai; berdiam diri di suatu ruangan yang gelap, tetapi bersih; menundukkan ego dengan penuh kerelaan kepada disiplin dan penyiksaan diri; serta makan dan minum dari pemberian pelayan.

Persyaratan lainnya adalah menjaga mata, telinga, dan hidung dari melihat, mendengar, dan mencium segala sesuatu yang haram; membersihkan hati dari rasa dendam, cemburu, dan bangga diri; serta mematuhi aturan-aturan yang terlarang bagi orang yang sedang melakukan ibadah haji, seperti berhias dan memakai pakaian berjahit.

Dalam konteks psikologi, berbagai macam persyaratan ini dikenal sebagai bentuk aktualisasi diri (self-actualizer) dari seorang salik.

Profesor Molana Hazrat Salaheddin Ali Nader Syah Angha dalam tulisannya, Peace, menekankan bahwa ketika seorang salik mempelajari dan bertambah maju, ia secara bertahap mendapatkan nilai-nilai dan aspek-aspek yang digambarkan pada orang-orang yang telah menjadi self-actualizer.

Ia juga akan mengembangkan aspek tambahan lain dalam dirinya, yaitu karakteristik yang lebih maju. Bahkan, seorang salik yang progresif dapat digambarkan sebagai seorang 'supersehat' dalam jargon psikologi.

Profesor Angha juga menggambarkan, ketika seorang salik telah sepenuhnya memeluk apa yang tersebut di atas, ia akan meraih peringkatnya pada puncak pengabdian dan penghambaan; kata-kata dan tindakannya akan diperkuat dengan adanya cahaya Ilahi dan ia akan diberkahi.

Karena, menurutnya, Allah SWT telah berjanji sebagaimana tertulis dalam Surah Al-Baqarah ayat 257, ''Allah pelindung bagi mereka yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan. Mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.''

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement