REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: M Saifudin
Dalam Shahih Bukhari, dikisahkan "Suatu ketika Nabi Musa AS, berseru di hadapan kaumnya, tiba-tiba ada orang bertanya, "Adakah orang yang lebih berilmu darimu?" Musa menjawab: "Tidak ada". Maka Allah SWT menegurnya dan menegaskan bahwa ada orang yang lebih berilmu darinya. Kemudian Allah SWT memberi petunjuk keberadaan orang itu di antara pertemuan dua laut.
Mulailah Musa menuju tempat tersebut. Dan sesampainya di sebuah batu besar, Musa dan pembantunya tertidur, sedangkan ikan yang mereka bawa melompat ke laut. Si pembantu lupa memberi tahu hal itu kepada Musa. Setelah terbangun, mereka melanjutkan perjalanan.
Sampai di suatu tempat, Musa meminta pembantunya untuk mengeluarkan ikan dan makanan. "Wahai Musa, saat kita berada di batu besar, aku lupa dan setan membuatku lalai untuk memberitahumu, ikan itu hanyut dengan unik."
Lalu mereka kembali dan menelusuri jejak hingga sampai di batu besar tadi. Tiba-tiba terlihat sosok laki-laki. Musa memberinya salam dan memperkenalkan diri. "Aku mencarimu untuk belajar kepadamu."
Khidir berkata, "Musa, engkau tidak akan mampu bersabar mengikutiku." Musa berkata, "Insya Allah aku mampu bersabar dan tidak akan membantahmu". Khidir berkata, "Jika benar ingin bersamaku, jangan banyak bertanya sampai aku sendiri memberitahumu."
Keduanya pun pergi menyusuri pantai. Di sana mereka melihat sebuah kapal lalu ikut di dalamnya. Hingga mendekati tempat tujuan, Khidir membuat lubang di kapal itu. Musa menegurnya. "Mereka ini mengangkut kita tanpa upah, mengapa engkau melubangi kapal ini dan membahayakan kita semua? Khidir menjawab, "Aku telah katakan, engkau tidak mampu sabar bersamaku."
Musa menyesali dan Khidir memaafkannya. Lalu keduanya berjalan di tepi laut dan melihat anak kecil sedang bermain, tiba-tiba Khidir membekuknya hingga akhirnya meninggal dunia. Musa gusar. "Mengapa engkau bunuh jiwa tak berdosa?" Khidir berkata, "Aku telah katakan bahwa engkau tidak mampu bersabar denganku." Musa meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Mereka kemudian melanjutkan perjalanan dan tiba di suatu tempat dalam kondisi lapar. Namun, tak ada yang memberi mereka makan. Setelah itu, keduanya menyaksikan sebuah rumah yang hampir roboh. Khidir segera memperbaikinya. Musa berkata, "Mintalah upah dari mereka atas upayamu." Nabi Khidir berkata, "Ini adalah saat berpisah antara aku dan engkau karena engkau tak sabar."
Kisah itu mengingatkan bahwa lupa adalah sifat termaafkan. Tetapi, jika berulang-ulang dilakukan maka akan berbuah pahit. Psikolog Muslim Timur Tengah, Utsman An-Najati, menjelaskan sedikitnya ada faktor penyebab lupa, yakni benar-benar lupa, kurang peduli masalah, banyak masalah, dan kurang kesabaran.
Lupa dalam kisah di atas karena kurang sabar. Akibatnya, kebersamaan Musa dan Khidir pun berakhir di situ. Bahkan Rasulullah SAW (dalam riwayat Ubay Bin Ka'ab) memberi komentarnya, "Semoga Allah merahmati Musa AS. Sebenarnya aku lebih senang jika Nabi Musa mau sedikit bersabar. Sehingga Allah SWT mengabarkan kisah ini lebih panjang lagi."
"Sesungguhnya Allah SWT mencintai hamba-hamba yang sabar. (QS Ali Imran [3]: 146).