REPUBLIKA.CO.ID, Ubadah bin Shamit yang mulanya hanya menjadi wakil kaum keluarganya dari suku Khazraj, sekarang meningkat menjadi salah seorang pelopor Islam, dan salah seorang pemimpin kaum Muslimin.
Pada suatu hari Rasulullah SAW, menjelaskan tanggung jawab seorang amir atau wali. Didengarnya Rasulullah menyatakan nasib yang akan menimpa orang-orang yang melalaikan kewajiban di antara mereka atau memperkaya dirinya dengan harta, maka tubuh Ubadah gemetar dan hatinya berguncang.
Ia bersumpah kepada Allah tidak akan menjadi pemimpin walau atas dua orang sekalipun. Dan sumpahnya ini dipenuhi sebaik-baiknya dan tak pernah dilanggarnya.
Di masa pemerintahan Amirul Mukminin Umar bin Khathab, tokoh yang bergelar Al-Faruq ini pun tidak berhasil mendorongnya untuk menerima suatu jabatan, kecuali dalam mengajar Umar dan memperdalam pengetahuan mereka dalam soal agama.
Memang, inilah satu-satunya usaha yang lebih diutamakan Ubadah dari lainnya, menjauhkan dirinya dari usaha-usaha lain yang ada sangkut-pautnya dengan harta benda dan kemewahan serta kekuasaan. Oleh sebab itu, ia berangkat ke Suriah dan merupakan salah seorang dari tiga sekawan, bersama Mu’adz bin Jabal dan Abu Darda, menyebarkan ilmu, pengertian dan cahaya bimbingan di negeri itu.
Ubadah juga pernah berada di Palestina untuk beberapa waktu dalam melaksanakan tugas sucinya, sedang yang menjalankan pemerintahan ketika itu adalah Muawiyah. Ubadah termasuk rombongan perintis yang telah dididik oleh Nabi Muhammad SAW dengan tangannya sendiri, yang telah beroleh limpahan mental, cahaya dan kebesarannya.
Dan seandainya di kalangan orang-orang yang masih hidup, ada yang dapat ditonjolkan untuk percontohan luhur sebagai kepala pemerintahan yang dikagumi oleh Ubadah dan dipercayainya, maka orang itu tidak lain tokoh terkemuka yang sedang berkuasa di Madinah; Umar bin Khathab.
Sekiranya Ubadah melanjutkan renungannya dan membanding-bnadingkan tindak-tanduk Muawiyah dengan apa yang dilakukan oleh Khalifah Umar, jurang pemisah di antara keduanya menganga lebar, dan sebagai akibatnya akan terjadilah bentrokan dan memang telah terjadi.
Berkata Ubadah bin Shamit RA, “Kami telah baiat kepada Rasulullah SAW, tidak takut akan ancaman siapa pun dalam menaati Allah!”
Ubadah adalah seorang yang paling teguh memenuhi baiat. Dan jika demikian, maka ia tidak akan takut pada Muawiyah dengan segala kekuasaannya, dan ia akan tegak mengawasi segala kesalahan Muawiyah.