Selasa 12 Jun 2012 18:34 WIB

Muslim Rohingya Arab Khawatirkan Keselamatan Keluarga Mereka di Myanmar

Rep: Gita Amanda/ Red: Heri Ruslan
Muslim Rohingya
Foto: nytimes
Muslim Rohingya

REPUBLIKA.CO.ID, RAKHINE -- Kekerasan sekterian melanda barat Myanmar 3 Juni lalu, pasca-pembunuhan 10 orang Muslim oleh umat Buddha lokal di wilayah Rakhine.

Etnis Rohingya Muslim di Arab Saudi, mengkhawatirkan keluarga mereka yang masih bermukim di negara bagian Rakhine.

Pemerintah Myanmar menganggap etnis Rohingya sebagai orang asing, dan bukan salah satu kelompok etnis bangsa. Sementara itu, banyak warga yang melihat mereka sebagai imigran gelap dan banyak yang memusuhi. Selama 60 tahun terakhir mereka tak diberi hak-hak mereka.

Hampir 500 ribu orang Rohingya hidup di Arab Saudi. Saat ini mereka sedang mengajukan banding pada Perserikataan Bangsa Bangsa (PBB), Organisasi Kerjasama Islam (OKI), organisasi hak asasi manusia, Bulan Sabit Merah dan pemerintah Saudi. Mereka meminta bantuan untuk menyelesaikan dan melindungi etnis Rohingya.

 

"Kami khawatir saudara-saudara Muslim kami di Rakhine. Kami bangsa Rohingya tak pernah mendapat hak yang sama dengan warga Myanmar lain. Kami menjalani kehidupan seperti pengungsi di Bangladesh, Pakistan, dan Arab Saudi," ujar ulama dan Guru etnis Rohingya yang tinggal di Arab selama 25 tahun, Mohammad Noor-ul-Islam.

Situasi saat ini sangat kritis, dan tak menguntungkan bagi Muslim di Rakhine. Menurut Noor-ul-Islam, pemerintah Mynmar terus mengirim pasukan setelah terjadi bentrokan. Namun kami khawatir, mereka tak akan menjamin keamanan bagi keluarga Muslim. Sebab para prajurit juga Buddha Magh, sehingga menurutnya pasti akan berpihak pada Maghs.

Ia meminta para pemimpin dunia untuk menekan pemerintah Myanmar, untuk mengirim tentara dari Yangon. Untuk menggantikan tentara dari Maghs.Jika mereka menginginkan perdamaian dan kemakmuran. Ia mengatakan akan mengajukan banding ke PBB untuk membuka kantor PBB di daerah tersebut, untuk memantau situasi di wilayah tersebut.

Noor-ul-Islam juga mengatakan, kami menginginkan organisasi HAM dan kamp militer untuk memiliki kontak langsung dengan Myyanmar tanpa melalui Maghs. "Kami ingin keadilan bagi rakyat kami, yang menderita selama 60 tahun," kata dia.

Orang-orang Rohingya di Arab mengimbau kepada organisasi dunia untuk mengirim wartawan independen ke daerah tersebut. Sehingga pemerintah Myanmar tak dapat menyensor informasi apa pun dari Rakhine.

Menurut PBB, sejauh ini sekitar 750 ribu Rohingya hidup di Myanmar, khususnya Rakhine. Sementara satu juta lainnya tinggal di beberapa begara lain.

sumber : arabnews
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement