Kamis 07 Jun 2012 22:22 WIB

Jejak Islam di Mali (1)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Muslimah Mali di depan Masjid Jami Djenne, Mali.
Foto: http://goafrica.about.com
Muslimah Mali di depan Masjid Jami Djenne, Mali.

REPUBLIKA.CO.ID, Mali adalah salah satu negara dengan populasi umat Muslim yang banyak. Tercatat sekitar 90 persen umat Muslim dari total populasi negara di Afrika Barat itu.

Mereka hidup berdampingan dengan sangat baik dengan umat Kristen dan mereka yang masih memeluk agama tradisional.

Islam masuk ke Afrika Barat pada abad IX. Islam dibawa oleh Muslim Berber dan Tuareg yang sebagian besar merupakan pedagang.

Para sufi juga berperan pada penyebaran agama Islam di daerah tersebut. Pada awal-awal masuknya Islam di kawasan sebelah barat Afrika itu, Kota Timbuktu, Gao, dan Kano dijadikan sebagai pusat pengajaran Islam.

Mali juga memiliki peran penting dalam penyebaran Islam ketika masih dipimpin oleh Raja Mansa Musa (1312-1337). Dia telah berhasil menularkan pengaruh Islam di Mali kepada kota besar lainnya, seperti Timbuktu, Gao, dan Djenne. Bahkan berkat dirinya, pada suatu masa, Timbuktu menjadi salah satu pusat kebudayaan yang tidak hanya berpengaruh di Afrika, tetapi juga di dunia.

Mansa Musa adalah seorang Muslim yang taat. Sepanjang masa kepemimpinannya, dia telah membangun banyak masjid. Mansa Musa menjadi figur yang semakin kuat di mata rakyatnya ketika dia memutuskan untuk melakukan perjalanan haji ke Makkah. Perjalanan itu bahkan masuk dalam catatan sejarah bangsa Eropa.

Salah satu daerah yang terkenal sebagai pusat peradaban Islam di Mali pada abad ke-12 M adalah Timbuktu. Pada abad itu, Timbuktu telah menjelma sebagai salah satu kota pusat ilmu pengetahuan dan peradaban Islam yang masyhur. Di era kejayaan Islam, Timbuktu juga sempat menjadi sentra perdagangan terkemuka di dunia. Rakyat Timbuktu pun hidup sejahtera dan makmur.

Secara gemilang, sejarawan abad XVI, Leo Africanus, menggambarkan kejayaan Timbuktu dalam bukunya. “Begitu banyak hakim, doktor, dan ulama di sini (Timbuktu). Semua menerima gaji yang sangat memuaskan dari Raja Askia Muhammad—penguasa Negeri Songhay. Raja pun menaruh hormat pada rakyatnya yang giat belajar,” papar Africanus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement