REPUBLIKA.CO.ID, Sejarah peradaban Islam juga mencatat nama Bushra sebagai tempat yang spesial. Betapa tidak. Di kota itulah, seorang pendeta bernama Buhaira mampu melihat tanda-tanda kerasulan pada seorang anak laki-laki yang bernama Muhammad.
Alkisah, pada saat Muhammad SAW berusia 12 tahun, Abu Thalib hendak melakukan ekspedisi niaga dari Makkah ke Syam (Suriah). Lalu Muhammad berkata, ‘’Paman mengapa kau tak mengajakku? Aku tidak memiliki pelindung selain dirimu.’’
Abu Thalib pun tak tega meninggalkan keponakan kesayangannya seorang diri di Makkah. Ia lalu mengangkat tubuh Muhammad dan mendudukkannya di atas hewan tunggangan. Kafilah dagang dari Quraisy pun menempuh perjalanan darat menuju Syam.
Hingga akhirnya, kafilah itu tiba di sebuah tempat pertapaan di Bushra, antara Syam dan Hijaz. Di sana mereka bertemu dengan seorang rahib bernama Buhaira. Sang rahib takjub menyaksikan anak laki-laki yang bernama Muhammad itu.
Betapa tidak. Awan selalu bergerak memayungi kemana pun Muhammad kecil melangkah. Sang rahib pun segera menghampiri calon nabi dan rasul terkahir itu. Buhaira memeriksa sekujur tubuh Muhammad untuk melihat tanda-tanda kenabian yang diterangkan dalam kitab-kitab suci terdahulu.
Ia akhirnya menemukan tanda kenabian itu di punggung Muhammad, di antara kedua pundaknya, lalu ia mencium tanda itu. Menyaksikan tanda-tanda kenabian itu, sang rahib pun berpesan kepada Abu Thalib agar menjaga keponakannya itu dengan hati-hati, karena dia adalah calon Rasul yang dinanti umat manusia.
Prediksi Buhaira dari kota Bushra itu menjadi kenyataan. Ketika menginjak usia 40 tahun, Muhammad memperoleh wahyu, saat menyendiri di Gua Hira. Nabi Muhammad menjadi rasul penutup bagi umat manusia yang hidup di akhir zaman.