REPUBLIKA.CO.ID, Bangsa Arab, khususnya Makkah, terdiri atas dua kelompok, yakni kelompok murni dan yang sudah bercampur. Kelompok pertama adalah keturunan Joktan atau Qahtan, putra Eber.
Sedangkan kelompok kedua adalah keturunan Ismail, putra Nabi Ibrahim as dengan Siti Hajar. Namun, ada pula yang menyebutkan, sesungguhnya bangsa Arab, dan bangsa Makkah khususnya, adalah keturunan Nabi Ismail AS.
Ketika Ibrahim mengajak istrinya hijrah ke Makkah, Ismail as yang masih bayi juga ikut serta. Saat itu, kondisi Makkah masih berupa gurun sahara yang luas, berpasir, dan dikelilingi gunung-gunung serta bukit-bukit yang tandus. Kondisi Makkah yang gersang dan tandus itu terungkap dalam doa Nabi Ibrahim as. “Ya Tuhan Kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak memiliki tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati.” (QS. Ibrahim: 37).
Selanjutnya, Makkah tumbuh dengan pemukiman di dalamnya setelah Allah menunjukkan kekuasaannya lewat sumber mata air yang memancar dari tanah di bawah kaki Ismail. Dengan kata lain, karena ketandusan alamnya, kota Makkah sebelum itu tidak dihuni oleh manusia.
Mengenai bangsa yang hidup di sana, Ibnu Katsir menyebutkan di dalam kitab al-Bidayah wa al-Nihayah bahwa Ismail AS memperistri putri Madhadh bin ‘Amr al-Jurhumi dan memiliki 12 orang putra. Mereka adalah Naabit, Qaidaar, Adbaa’iil, Mabsyaam, Masymaa’, Dumaa, Misyaa, Hadad, Yatma, Yathur, Nafiis, dan Qaidamaan.
Dari 12 orang itu, Naabit dan Qaidzar diyakini menurunkan seluruh kabilah Arab Hijaz. Naabit adalah putra dari saudara perempuan kabilah-kabilah Jurhum. Jurhum mendominasi rumah tangga seluruhnya karena ketamakan terhadap kemenakan mereka. Menurut Ibnu Katsir, mereka kemudian menguasai Mekkah dan sekitarnya menggantikan Bani Ismail dalam jangka waktu yang lama.
Karena itu, sebagian peneliti dan ahli tafsir meyakini, sesungguhnya suku-suku dan kabilah-kabilah Arab berasal dari keturunan Nabi Ismail as, yang diperkirakan hidup sekitar tahun 1940-1800 SM. Bahkan, kitab Perjanjian Lama dan karya-karya sastra klasik menjelaskan bahwa bangsa Arab telah ada sejak zaman dahulu (purba). Selain itu, sejumlah penelitian arkeologi karya sastra Eropa telah menyinggung hasil bumi dan pertanian bangsa Arab.