Jumat 25 May 2012 19:39 WIB

Mujahidah: Barirah, Dimerdekakan Ummul Mukminin (2)

Rep: Susie Evidia/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Berkat Rasulullah, akhirnya Barirah mendapat hak merdeka. Saat itu diajukan pula pilihan, apakah Barirah akan tetap melanjutkan hidup bersama suaminya, atau berpisah.

Namun, Rasulullah menasehati agar Barirah tetap mempertahankan pernikahannya dengan Mughits.

Ternyata Barirah memilih berpisah dengan suaminya. Mengetahui pilihan pedih tersebut Mughits menyatakan tidak rela. Dia menangis berharap bisa tetap hidup dengan istrinya.

Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata, “Suami Barirah adalah seorang hamba yang bernama Mughits, seolah-olah saya melihatnya berkeliling di belakangnya (Barirah) sambil menangis, dan air matanya mengalir hingga membasahi jenggotnya.”

Namun Barirah tetap pada sikapnya semula, berpisah. Melihat hal tersebut sampai-sampai Rasulullah SAW berkata kepada pamannya, Abbas RA, “Wahai paman, tidakkah engkau merasa takjub dengan rasa benci Barirah terhadap Mughits, dan rasa cinta Mughits pada Barirah?”

Rasulullah SAW lalu berkata kepada Barirah, “Takutlah kepada Allah, sesunguhnya dia adalah suamimu dan bapak dari anakmu.”

Barirah menjawab, “Apakah baginda Rasul menyuruh saya?”

Rasulullah menjawab, “Aku cuma menyarankan saja.”

Barirah berkata, “Kalau begitu saya tidak ada kepentingan dengannya (suaminya-Red).” (HR. Bukhari).

Begitulah ajaran Islam, sangat menghormati kaum perempuan. Kemuliaan akhlak Rasulullah yang tidak menggunakan kedudukannya sebagai Nabi untuk menyuruh Barirah rujuk.

Beliau hanya memberikan anjuran atau saran, bukan suatu kewajiban yang harus ditaati. Betapa indahnya perilaku Rasulullah SAW, dan betapa tingginya ketaatan Barirah kepada beliau.

Walaupun sebagai budak, Barirah mendapat kedudukan yang mulia di sisi Rasulullah. Namanya termasuk dalam deretan perempuan teladan yang hidup di masa Rasulullah di Madinah.

Beberapa riwayat pun menampilkan sosok dari Barirah. Di antaranya, ketika muncul fitnah yang disebarkan orang munafik kepada istri Rasulullah SAW, Aisyah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement