Kamis 24 May 2012 14:54 WIB

Geliat Pembangunan Bendungan di Era Islam (3)

Rep: Desy Susilawati/ Red: Chairul Akhmad
Bendungan Qayrawan di Tunisia.
Foto: Wordpress.com
Bendungan Qayrawan di Tunisia.

REPUBLIKA.CO.ID, Bukti lainnya yang menunjukkan keberhasilan peradaban Islam dalam pembangunan bendungan terdapat di Tunisia.

Di negara itu terdapat waduk irigasi penting yang terletak sekitar 100 kilometer dari gerbang utara Kota Qayrawan. Di tempat itu terdapat dua waduk yang mengumpulkan air dari wadi Marj Al-Lil.

Waduk yang kecil merupakan sebuah poligon 17 sisi dan panjangnya rata-rata 6,25 meter, setiap sudut diperkuat dari luar dan dalam dengan beton penyangga bulat (butters).

Diameternya adalah 37,4 meter. Waduk kecil ini berfungsi sebagai tangki penunjang serta tempat pengendapan lumpur. Salah satu sisinya bersinggungan dengan sisi waduk yang lebih besar.

Di sisi inilah terdapat saluran penghubung sirkular pada dinding penyekat, beberapa meter di atas dasar waduk.

Waduk yang besar mempunyai 48 sisi dengan beton penyangga bulat di setiap sudutnya, berdiameter dalam 130 meter dengan kedalaman delapan meter. Instalasi ini diselesaikan pada 248 H/862-3 M.

Begitulah, dunia Islam di era keemasannya telah memberikan sumbangan penting dalam pembangunan bendungan. Para insinyur Islam membangun bendungan dengan teknologi yang canggih dan murni, hasil pemikiran mereka.

 

Adud Al-Daulah, raja pembangun bendungan

Sejatinya, ia bernama Fannakhusru bin Hasan (324- 372 H/936-983 M). Namun, sultan dari Dinasti Buwaih (950-983 M) itu lebih populer dengan nama Adud Al-Daulah.

Adud sendiri berarti anggota negara yang terpuji. Ia dikenal sebagai raja yang menyukai pembangunan. Dalam sejarah peradaban Islam disebutkan, ia telah membangun rumah sakit, jembatan, saluran irigasi, bendungan, dan pagar di sekitar Kota Madinah.

Ia berkuasa di Persia, Moshul, Irak, dan Arab Saudi. Bahkan, ia berhasil menyatukan Irak dan Persia di bawah kekuasaannya. Namun, setelah kematiannya, kedua wilayah tersebut pecah akibat perselisihan di antara anak-anaknya. Adud Daulah mengaku dirinya adalah seorang raja yang adil atau "amir al-adil".

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement