REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Potensi aset amal usaha Muhammadiyah (AUM) se-Indonesia diperkirakan mencapai Rp 10 hingga Rp 15 triliun. Potensi tersebut merupakan kekuatan ekonomi Muhammadiyah yang masih bisa dikembangkan lagi. Selain itu, potensi ekonomi itupun banyak disimpan di bank umum.
Hal itu diungkapkan Wakil Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PP Muhammadiyah, Abdullah Yazid saat menjadi pembicara dalam seminar dan rapat kerja Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah di gedung Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Sabtu (19/5).
"Amal usaha Muhammadiyah yang ada harus dimaknai sebagai spirit entrepreneur yang memacu anggotanya untuk bekerja maksimal dan mengembangkan ekonomi berbasis keumatan sehingga menunjang gerak dakwah persyarikatan," ungkapnya.
Yazid, mengungkapkan, potensi ekonomi Muhammadiyah tersebut belum diatur sepenuhnya dengan manajemen yang benar. Bahkan ada yang kontraproduktif. "Karenanya Muhammadiyah harus mampu mengembangkan potensi AUM dalam persyarikatan melalui upaya menumbuhkembangkan jiwa entrepreneurship dalam diri kadernya," tandasnya.
Namun kata dia, realitas yang ada pengelolaan AUM saat ini lebih berorientasi pada mekanisme pasar dan kurang berorientasi untuk sarana dakwah. Akibatnya pengelola AUM tidak mampu mencetak kader Muhammadiyah yang bermental wirausaha.
Selain itu kata dia, AUM juga sering dijadikan "kuda beban" sebagai penyangga anggaran persyarikatan. Fenomena ini lanjutnya akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam manajemen keuangan. Bahkan kata Yazid, ada intervensi yang berlebihan dengan mengatasnamakan program persyarikatan oleh pejabat Muhammadiyah.
"Jujur harus diakui kepemimpinan persyarikatan kurang gesit mencari terobosan baru di wilayah ekonomi," tegasnya. Karenanya ke depan Muhammadiyah harus menjadi lembaga terdepan dalam pengembangan ekonomi di Indonesia.
Sementara itu, Ketua Ketua Majelis Ekonomi PP Aisyiyah, Latifah Iskandar dalam kesempatan yang sama mengatakan, isu untuk mengelola usaha bersama sudah dibahas juga di Muktamar Muhammadiyah sehingga pengembangan ekonomi tidak main-main.
"Aisyiyah sendiri sudah membuat detergen untuk membangun ekonomi umat. Di Klaten sudah 9 ton. Di daerah lain juga ada," terangnya.
Namun ke depan, pihaknya mengharapkan komitmen konkret dari PP Muhammadiyah terkait pengembangan ekonomi umat tersebut.
"Kalau perlu ada katalog produk yang dibuat anggota persyarikatan dan semua membeli produk dalam persyarikatan tersebut. Ini langkah nyata dan konkret," paparnya.