REPUBLIKA.CO.ID, KANO -- Seratus pasangan beragama Muslim mengikat janji sehidup semati dalam ikatan pernikahan di Masjid utama di Kota Kano, Selasa (15/5) waktu setempat. Acara nikah massal itu adalah bagian dari program Polisi Syariah untuk mempromosikan keluarga nilai keutuhan keluarga di tengah-tengah meningkatnya perceraian di Nigeria.
Ratusan warga di kota kedua terbesar di Nigeria itu berpenduduk mayoritas Muslim. Ribuan orang memadati masjid raya untuk menyaksikan pernikahan massal pertama di kota tersebut. Pernikahan massal itu dipimpin Imam Masjid Agung Kano, Profesor Sani Zaharadeen, dan disaksikan Emir Kano, Ado Bayero. Sekitar 100 janda bersama pria pasangannya berbaris mengikuti acara pernikahan massal yang digelar di Istana Emir Kano.
Perjodohan para wanita yang telah menjadi janda dan para pria pasangannya ini dilakukan polisi Syariah Islam bersama dengan kelompok pegiat perempuan setempat. Sebelum dinikahkan, para calon pasangan baru ini lebih dulu mendapat bimbingan pernikahan.
Para pria yang mengikuti program nikah massal ini, diwajibkan berkomitmen untuk mempertahankan pernikahannya. Mereka dilarang untuk menceraikan istrinya tanpa persetujuan Badan Hisbah, sebuah lembaga pemerintah yang menangani urusan sosial.
Badan Hisbah adalah lembaga yang mengurus penyelenggaraan nikah massal tersebut. Selain itu, Badan Hisbah juga menyeleksi kesehatan para mempelai, untuk memastikan pasangan yang menikah tidak memiliki penyakit berbahaya, termasuk HIV/AIDS.
Di wilayah-wilayah yang berpenduduk mayoritas Islam di Nigeria, banyak perempuan yang menghadapi kesulitan mencari nafkah. Utamanya, jika berstatus sebagai janda, baik karena suaminya meninggal maupun karena bercerai. Dan hanya segelintir pria yang mampu memberikan tunjangan kehidupan kepada mantan istrinya.
Sebenarnya, menurut adat setempat, pengantin wanita biasanya tidak menghadiri upacara tersebut. Tapi beberapa pengantin wanita hadir mengenakan baju khas negara tersebut dalam acara spesial tersebut.
Seperti dilansir media Nigeria, Punch, Rabu (16/5), Direktur Jenderal Badan Hisbah, Alhaji Abba Sufi mengatakan, hari pernikahan massal ini adalah hari yang paling bahagia dalam hidupnya. Dan kebahagiaanya bakal bertambah, lantaran seratus pasangan lain akan menyusul dalam pernikahan massal gelombang selanjutnya.
Sedikitnya 1.800 lembar formulir nikah massal gratis tersebut dibagikan kepada warga, tapi hanya seratus pasangan yang terpilih untuk mengikuti acara nikah massal tersebut. Di antara pasangan yang menikah, terdapat dua orang mualaf. Salah satu dari mereka bernama Isah Brakar, yang berasal dari Langtang, negara bagian Plateau.
Ini yang ajib, pasangan nikah massal yang mayoritas kaum dhuafa tersebut, tidak membayar sepeserpun untuk pernikahannya. Semua biaya ditanggung pemerintah. Selain dibayarkan maharnya, setiap pasangan mendapat bantuan 100 ribu naira untuk membeli perabotan. Dan 20 ribu naira lainnya diberikan kepada para istri, untuk membuka usaha agar mereka dapat memiliki sumber penghasilan dan membiayai kehidupan perkawinannya.
Seorang ulama terkemuka yang juga pengusaha sukses setempat, Ishsyaku Rabiu, menyumbang satu juta naira untuk membayar mahar semua pasangan tersebut.