Sabtu 28 Apr 2012 19:03 WIB

Sempat Dikritik Wapres, DMI: Azan Lewat Speaker tak Perlu Dibahas Lagi

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Heri Ruslan
Seorang muazin saat mengumandangkan azan di salah satu masjid di Jakarta.
Foto: Republika/Agung Supri
Seorang muazin saat mengumandangkan azan di salah satu masjid di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA --  Penggunaan pengeras suara untuk mengumandangkan azan di masjid-masjid tak perlu dibahas lagi. "Karena tujuannya sudah jelas, agar suara azan menjangkau wilayah yang lebih luas," ucap Sekretaris Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jawa Tengah, Multazam Ahmad, Sabtu (28/4).

Dia menerangkan, pada zaman Rasulullah SAW, azan sengaja dikumandangkan dari tempat tinggi seperti menara. Hal ini bertujuan agar suara azan bisa didengar oleh umat yang berada jauh dari masjid. Namun seiring perkembangan teknologi, azan disampaikan lewat pengeras suara.

Multazam berpendapat, tidak benar kalau suara azan yang dilantunkan melalui pengeras suara disebut mengganggu. Karena, kata dia, azan hanya dikumandangkan pada waktu-waktu tertentu saja. Selain itu, azan dengan pengeras suara selama ini sudah dipahami masyarakat di Indonesia sebagai hal yang lumrah.

Hal senada juga diutarakan Ketua Pimpinan Daerah DMI Kabupaten Pekalongan, Zukron. Menurut dia, azan memang sudah seharusnya disampaikan secara lantang. Karenanya, penggunaan pengeras suara untuk azan di masjid-masjid tidak perlu dipersoalkan lagi.

Kecuali, tambah dia, jika pengeras suara di masjid digunakan tidak pada waktunya. Seperti acara wirid yang berlangsung hingga tengah malam, misalnya, yang disebut Multazam kadang mengusik jam istirahat warga sekitar karena suara yang keluar dari speaker terlalu keras.

"Wirid itu maksudnya baik, tapi tetap harus memerhatikan prinsip-prinsip toleransi." ucapnya.

Sebelumnya, Wakil Presiden (Wapres) Boediono dalam pembukaan Muktamar DMI pada Jumat (27/8) lalu, meminta agar organisasi ini membahas soal penggunaan pengeras suara saat azan. Menurut wapres, azan yang disampaikan secara sayup-sayup lebih menyentuh ke sanubari dibandingkan lewat speaker yang terlalu keras.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement