Kamis 12 Apr 2012 09:06 WIB

Kimia Kebahagiaan Al-Ghazali: Tentang Pernikahan (5)

Pernikahan (ilustrasi)
Foto: Wordpress.com
Pernikahan (ilustrasi)

Hal-hal yang Harus Dikerjakan dalam Perkawinan

Pertama, karena perkawinan adalah suatu lembaga keagamaan, maka ia mesti diperlakukan secara keagamaan. Jika tidak demikian, pertemuan antara laki-laki dan wanita itu tidak lebih baik daripada pertemuan antar hewan.

Syariat memerintahkan agar diselenggarakan perjamuan dalam setiap perkawinan. Ketika Abdurrahman bin 'Auf merayakan perkawinannya, Nabi SAW berkata kepadanya, "Buatlah suatu pesta perkawinan, meskipun hanya dengan seekor kambing."

Ketika Nabi SAW sendiri merayakan perkawinannya dengan Shafiyyah, beliau membuat pesta perkawinan dan menghidangkan kurma dan gandum saja. Demikian pula, perkawinan sebaiknya dimeriahkan dengan memukul rebana dan memainkan musik, karena manusia adalah mahkota penciptaan.

Kedua, seorang suami mesti terus bersikap baik terhadap istrinya. Hal ini tidak berarti bahwa ia tidak boleh menyakitinya, melainkan sebaiknya menanggung dengan sabar semua perasaan tidak enak yang diakibatkan oleh istrinya, baik itu karena ketidak-masukakalan sikap istrinya atau sikap tidak-berterimakasihnya.

Wanita diciptakan lemah dan membutuhkan perlindungan; karenanya ia mesti diperlakukan dengan sabar dan terus dilindungi. Nabi SAW bersabda, "Seseorang yang mampu menanggung ketidakenakan yang ditimbulkan oleh istrinya dengan penuh kesabaran akan memperoleh pahala sebesar yang diterima oleh Ayub AS atas kesabarannya menanggung bala (ujian) yang menimpanya."

Pada saat-saat sebelum wafatnya, orang mendengar pula Nabi SAW bersabda, "Teruslah berdoa dan perlakukan istri-istrimu dengan baik, karena mereka adalah tawanan-tawananmu."

Beliau sendiri selalu menanggung dengan sabar tingkah laku istri-istrinya. Suatu hari istri Umar marah dan mengomelinya, ia berkata kepadanya, "Hai kau yang berlidah tajam, berani kau menjawabku?"

Istrinya menjawab, "Ya, penghulu para nabi lebih baik daripadamu, sedangkan istri-istrinya saja mendebatnya."

Ia menjawab, "Celakalah Hafshah (Umar, istri Nabi SAW) jika ia tidak merendahkan dirinya sendiri."

Dan ketika berjumpa Hafshah, Umar berkata, "Awas, kau jangan mendebat Rasul!"

Nabi SAW juga bersabda, "Yang terbaik di antaramu adalah yang terbaik sikapnya kepada keluarganya sendiri, dan akulah yang terbaik sikapnya terhadap keluargaku."

sumber : Kimyatusy Sya'adah (The Alchemy of Happiness) Al-Ghazali, terjemahan Haidar Bagir
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement