Senin 09 Apr 2012 07:27 WIB

Kimia Kebahagiaan Al-Ghazali: Tentang Pernikahan (3)

Pernikahan (ilustrasi)
Foto: Wordpress.com
Pernikahan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Sekarang akan kita bicarakan kerugian-kerugian perkawinan. Salah satu di antaranya adalah adanya suatu bahaya, khususnya di masa sekarang ini, bahwa seorang laki-laki mesti mencari nafkah dengan sarana-sarana yang haram untuk menghidupi keluarganya. Padahal, tidak ada perbuatan-perbuatan baik yang bisa menebus dosa ini.

Nabi SAW mengatakan, pada Hari Kebangkitan akan ada laki-laki yang membawa tumpukan perbuatan baik setinggi gunung dan menempatkannya di dekat Mizan. Kemudian ia ditanya, "Dengan cara bagaimana engkau menghidupi keluargamu?"

Ia tak bisa memberikan jawaban yang memuaskan, maka semua perbuatan baiknya pun akan dihapuskan. Dan suatu pernyataan akan dikeluarkan berkenaan dengannya; "Inilah orang yang keluarganya telah menelan semua perbuatan baiknya!"

Kerugian lain dari perkawinan adalah bahwa memperlakukan keluarga dengan baik dan sabar dan menyelesaikan masalah-masalah mereka hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki tabiat baik. Ada bahaya besar jika seorang laki-laki memperlakukan keluarganya dengan kasar atau mengabaikan mereka, sehingga menimbulkan dosa bagi dirinya sendiri.

Nabi SAW bersabda, "Seseorang yang meninggalkan istri dan anak-anaknya adalah seperti budak yang lari. Sebelum ia kembali kepada mereka, puasa dan shalatnya tidak akan diterima oleh Allah."

Ringkasnya, manusia memiliki sifat-sifat rendah, dan sebelum ia bisa mengendalikan sifatnya itu, lebih baik ia tidak memikul tanggungjawab utnuk mengendalikan orang lain.

Seseorang bertanya kepada Wali Bisyr Hafi, kenapa ia tidak kawin? "Saya takut," jawabnya. "Akan ayat Alquran: 'hak-hak wanita atas laki-laki persis sama dengan hak-hak laki-laki atas wanita'."

Kerugian ketiga dari perkawinan adalah bahwa mengurus sebuah keluarga seringkali menghalangi seseorang dari memusatkan perhatiannya kepada Allah dan akhirat. Dan boleh jadi, kecuali kalau ia berhati-hati, hal itu akan menyeretnya kepada kehancuran, karena Allah telah berfirman, "Janganlah istri-istri dan anak-anakmu memalingkanmu dari mengingat Allah."

Orang yang berpikir bahwa dengan tidak kawin ia bisa memusatkan perhatiannya lebih baik pada kewajiban-kewajiban keagamaannya, lebih baik ia tetap sendirian. Dan orang-orang yang takut untuk terjatuh ke dalam dosa jika ia tidak kawin, lebih baik ia kawin.

sumber : Kimyatusy Sya'adah (The Alchemy of Happiness) Al-Ghazali, terjemahan Haidar Bagir
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement