REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof Yunahar Ilyas
Siang itu terasa terik sekali. Beberapa mahasiswa nongkrong di bawah sebuah pohon kayu yang rindang dekat parkiran. Tiba-tiba mata mereka tertuju pada sebuah mobil mewah yang me laju cepat menuju parkiran.
Dengan tergesa-gesa seorang ibu muda keluar dari mobil itu dan langsung berteriak, “Tolong ... saya ingin bunuh diri, tapi tidak berani!” Kalau tidak menjaga perasaan ibu muda tersebut, para mahasiswa sudah pasti tertawa mendengar teriakan lucu itu.
Dengan cepat beberapa mahasiswa itu berunding. Seorang di antara mereka meng usulkan, “Ayo kita bawa saja menemui Pak Ahmad!” Yang mereka sebut Pak Ahmad itu adalah wakil rektor bidang ke mahasiswaan. Para mahasiswa sudah akrab dengan Pak Ahmad. Beliau seorang doktor psikologi dan juga dikenal sebagai ustaz. Mereka pun segera membawa ibu yang stres itu menemui Pak Ahmad.
Alhamdulillah, Pak Ahmad berada di tempat. Terjadilah dialog antara Pak Ahmad dan ibu muda tersebut. “Mengapa ingin bunuh diri, Bu,” tanya Pak Ahmad. “Sudah seminggu suami tidak mau bertegur sapa dengan saya, Ustaz,” ujar nya. “Sudah berapa lama Ibu menikah?” selidik Pak Ahmad. “Tujuh tahun,” jawabnya.
“Selama tujuh tahun menikah itu, apakah suami Ibu sering tidak menegur Ibu?” tanya Pak Ahmad. Ibu itu menjawab, “Tidak Pak. Selama ini hubungan kami baik-baik saja. Baru sekali ini suami tidak mau ber tegur sapa dengan saya.”
Atas hal itu, Pak Ahmad menyampaikan bahwa ibu itu patut bersyukur karena hubungan antara dia dan suaminya baik-baik saja dan baru seminggu ini mendapat cobaan. Pak Ahmad pun mengajak ibu itu untuk membandingkan nasibnya dengan ibu-ibu lainnya yang kurang beruntung. Seperti adanya ibu-ibu yang lahir batin menderita, tidak diberi nafkah yang cukup, dan diperlakukan secara kasar oleh suaminya. Ibu itu pun akhirnya tersadar dan mampu menenangkan diri. Ia juga rajin berkonsultasi untuk meminta nasihat kepada Pak Ahmad.
Pada suatu kesempatan konsultasi, ibu muda itu menanyakan mengapa materi yang berlimpah tidak membuat seseorang bahagia. Pak Ahmad bertanya, “Apakah Ibu sudah berusaha mencari kebahagiaan itu?” Sebelum ibu itu menjawab, Pak Ahmad bertanya lagi, “Di mana Ibu cari kebahagiaan itu?”
Lebih lanjut Pak Ahmad menjelaskan, “Ibu tidak akan bisa mendapatkan kebahagiaan dengan mencari kebahagiaan. Ibu akan mendapatkan kebahagiaan apabila Ibu membagi kebahagiaan kepada orang lain.” Mendapat jawaban itu, ibu tersebut bertanya lagi, “Bagaimana kita bisa membagi kebahagiaan kepada orang lain kalau kita sendiri tidak pernah merasa bahagia.”
Pak Ahmad menjelaskan maksudnya. “Pergilah Ibu berkunjung ke rumah-rumah orang miskin yang lapar. Bawa makanan yang enak-enak, bagikan kepada mereka secara langsung. Ibu saksikan betapa bahagianya mereka menikmati makanan yang ibu bawa. Saat itulah Ibu telah membagi kebahagiaan kepada orang-orang miskin itu. Kebahagiaan me reka akan berpindah kepa da Ibu.” Karena itu, bahagiakanlah orang lain, niscaya kebahagiaan juga akan menyertai kita semua. Insya Allah.