REPUBLIKA.CO.ID, Majalah Azizah
Sejak itu, orang tua Taylor melihat perubahan dalam dirinya. Pada awalnya Taylor berpikir orang tuanya akan sedih karena ia tidak memilih agama orang tuanya. Tetapi nyatanya, orang tua Taylor senang karena setidaknya ia memilih sebuah agama yang diyakini.
Taylor akhirnya menikah dengan warga Amerika dan pindah ke Houston. semakin memperdalam ilmu agama islam dengan pergi ke Sekolah Alquran. Disana ia belajar bahasa Arab dan Alquran. Dari sana, ia diundang ke sebuah konferensi di awal 90-an untuk wanita muslim Amerika.
Pada saat konferensi, Taylor kagum dengan prestasi para wanita muslim dan merasa perlu membukukannya. Jadi, ketika perjalanan pulang, ia terus berpikir keras bagaimana cara merealisasikannya. Akhirnya, tercetuslah ide untuk membuat majalah khusus wanita muslim. “Akhirnya saya melakukannya, menulis format dan memutuskan apa saja yang ada dipikiran saya,”katanya.
Dari situ Taylor membuat majalah wanita muslim Amerika, Azizah. Dari majalah tersebut, Taylor memeroleh banyak pernghargaan. Taylor didapuk sebagai penerima penghargaan Jurnalisme Etnis di tahun 2009. Taylor juga memberikan kontribusi terhadap Majalah PINK, Review & Expositor, Majalah Aramco dan publikasi lainnya.
Dia juga pernah memberi kuliah tentang Islam dan wanita Muslim pada konferensi nasional dan internasional, termasuk Konferensi Pemasaran Muslim Universitas Duke, Simposium Fulbright di Perth, Australia, Divinity Harvard School Islam di Amerika dan beberapa konferensi lainnya.
Taylor mengatakan bahwa Islam lebih dari sekedar agama, itu adalah cara hidup. “Anda dapat menjadi seorang Muslim mana saja, dan itu hal yang indah tentang Islam. Islam universal. Saya pikir Islam akan bangkit kembali karena tidak ada dikotomi antara menjadi Muslim dengan menjadi Amerika,” jelasnya.