Selasa 13 Mar 2012 15:55 WIB

Samarkand, Permata dari Timur (1)

Rep: Heri Ruslan/ Red: Chairul Akhmad
Alun-Alun Registan di Samarkand.
Foto: en.wikipedia.org
Alun-Alun Registan di Samarkand.

REPUBLIKA.CO.ID, Naskah Arab kuno menjulukinya ‘Permata dari Timur’. Orang-orang Eropa menyebutnya ‘Tanah Para Saintis’.

Kota nan megah dan indah itu sama tuanya dengan Romawi, Athena, dan Babilonia. Tanah legenda yang tahun ini berusia 2.758 tahun itu bernama Samarkand—kota terbesar kedua di Uzbekistan.

Keindahan Samarkand yang begitu populer sempat membuat Kaisar Aleksander Agung terpikat. Tatkala menginjakkan kakinya untuk pertama kali di tanah Samarkand, Aleksander pun berseru, "Aku telah lama mendengar keindahan kota ini, namun tak pernah mengira kota ini ternyata benar-benar cantik dan megah."

Selain tersohor dengan keindahannya, Samarkand pun dikenal sebagai kota yang strategis. Kota legenda itu berada di tengah ‘Bayangan Asia’ yang menghubungkan Jalur Sutera antara Cina dan Barat.

Di era kejayaan Islam, Samarkand menjadi pusat studi para ilmuwan. Itulah mengapa, orang-orang Eropa mendaulatnya sebagai ‘Tanah Para Saintis’. Samarkand merupakan salah satu kota tertua di dunia. Awalnya, kota itu bernama Maracanda.

Pada 329 SM, kota itu ditaklukkan Aleksander Agung. Dua abad kemudian, Samarkand menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Kerajaan Himyar (115 SM - 33 M). Saat itu, kota itu menjadi tempat bertemunya tiga kebudayaan yakni Barat, Cina, dan Arab. Pada abad ke-6 M, Samarkand jauh ke dalam kekuasaan Kerajaan Turki.

Samarkand memasuki babak baru ketika Islam menaklukkan wilayah itu pada abad  ke-8 M. Dinasti Umayyah yang saat itu dipimpin Khalifah Abdul Malik (685 M - 705 M) menugaskan Qutaibah bin Muslim sebagai gubernur di wilayah Khurasan. Ketika itu, Samarkand dipimpin Tarkhum yang telah melepaskan diri dari kekuasaan dinasti Cina.

Qutaibah dan Tarkhum pun menjalin kesepakatan damai. Namun, pengganti Tarkhum memaksa pasukan Muslim pimpinan Qutaibah untuk menaklukkannya. Pemerintahan Umayyah pun lalu menempatkan pasukannya di wilayah itu. Perlahan namun pasti ajaran Islam mulai diterima penduduk Samarkand.

Bahkan wilayah itu bersama dengan Bukhara sempat menjadi pusat Islamisasi penting di Asia Tengah. Setelah Dinasti Umayyah digulingkan Abbasiyah, pasukan Islam dan Cina terlibat pertempuran yang dikenal sebagai Perang Talas pada 751 M. Umat Islam pada masa keemasan itu mulai mentransfer ilmu dan cara pembuatan kertas dari dua tahanan perang asal Cina.

Tak salah, bila Samarkand dijuluki sebagai kota tonggak revolusi budaya dunia.  Sebab, di kota itulah pertama kali industri kertas pertama muncul. Industri kertas pun akhirnya menyebar ke seluruh dunia Islam hingga Eropa.

Khalifah Al-Ma’mun dari Dinasti Abbasiyah memberikan jabatan gubernur kepada putra-putra Asad bin Saman untuk memerintah Transoksania dari Samarkand. Keluarga Saman pada 875 M memproklamirkan berdirinya Dinasti Samanid dan menguasai Samarkand.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement