REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sayup sayup terdengar suara azan bergema di ruang pameran gedung megah British Museum, London, selama beberapa hari terakhir ini. Suara azan terdengar di tengah acara pameran "Hajj Journey to The Heart of Islam" yang digelar di museum tersebut.
Walaupun hanya terbatas selama tiga bulan hingga April mendatang, kehadiran gema azan mampu memberikan sesuatu menakjubkan yang berbeda dari kebiasaan sehari-hari. British Museum, yang didirikan pada 1753, merupakan museum publik nasional pertama dunia. British Museum untuk pertama kalinya mengelar pameran tentang tradisi ibadah haji dan berbagai kegiatan lainnya seperti diskusi dan seminar.
Bagi banyak kalangan non-Muslim khususnya di Kerajaan Inggris, ritual ibadah haji merupakan sesuatu yang misteri. Tidak banyak yang tahu apa sebenarnya ibadah ini dan apa pentingnya bagi umat Islam.
''Ini pertama kalinya pameran tentang kesenian Islam khususnya mengenai haji digelar di British Museum. Ini sangat luar biasa,'' kata Kurator untuk Bahasa Indonesia dan Melayu di Departemen Selatan dan Tenggara bagian Asia di British Library, Dr Annabel Teh Gallop.
Annabel mengatakan pameran haji ini juga memamerkan perkembangan Islam di Indonesia seperti peta dari Aceh, buku dari Malaysia, sertifikat dari Jambi, serta buku harian Raja Bone tentang keberangkatan seorang warganya menunaikan ibadah haji abad ke-18. Pamerannya sangat beragam dan seimbang diantara keberadaan seluruh umat Islam di dunia khususnya dalam melaksanakan rukun Islam kelima menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci.
''Benar-benar sangat menarik sekali dan seimbang dengan porsi yang sama,'' ujarnya. ''Membuat pameran mengenai haji merupakan suatu tugas yang sangat berat dan banyak yang harus dipertimbangkan.''