Jumat 02 Mar 2012 18:57 WIB

Mujahidah: Ummu Ruman, Kemuliaan Istri Teladan (2-habis)

Rep: Heri R/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: Blogspot. com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Rumah Ummu Ruman menjadi tempat yang mulia bagi Rasulullah SAW, sekaligus rumah islami yang baik. 

Peran Ummu Ruman dalam membesarkan agama Islam pun terbilang besar. Dengan setia ia mendampingi dan meringankan beban Abu Bakar dari berbagai penderitaan, sebagaimana yang dirasakan kaum Muslimin di awal-awal dakwah Islam.

Berbagai macam siksaan yang dilakukan kafir Quraisy kepada kaum Muslimin di Makkah juga menimpa diri Ummu Ruman. Meski begitu, ia tetap tegar menghadapi berbagai macam siksaan tersebut. Keimanan akan kebenaran agama Allah SWT telah mengeras bagai baja dalam hatinya.

Selain sebagai seorang pejuang, ia juga figur istri yang salehah. Tak hanya mendampingi, Ummu Ruman juga menjadi pemicu semangat Abu Bakar dalam berdakwah. Ia selalu mendorong suaminya agar tak lelah dalam berdakwah menyebarkan risalah Allah SWT di muka bumi. Sang mujahidah pun mendukung usaha suaminya untuk menghapus perbudakan.

Ummu Ruman pun dicatat dalam sejarah Islam sebagai ibu teladan. Ia telah menjadi seorang ibu dan pendidik terbaik bagi anak-anaknya, yakni Aisyah dan Abdurahman. Ia sangat disiplin dan berhasil mendidik anak-anaknya. Sebagai seorang istri, ia sangat menghormati hak-hak suaminya. Ia adalah seorang wanita yang menepati janji nan bijak bestari.

Ketika Rasulullah SAW datang melamar putrinya, Aisyah, atas perintah Allah, Ummu  Ruman menyambutnya dengan penuh kebahagiaan. Tak lama setelah pernikahan itu, Rasulullah SAW mendapat perintah untuk berhijrah. Abu Bakar diminta Nabi SAW mendampingi. Abu Bakar segera menyampaikan hal itu kepada Ummu Ruman.

Tanpa rasa takut dan waswas, Ummu Ruman mempersilakan suaminya untuk turut berhijrah bersama Rasulullah SAW. Padahal, ketika itu kekejaman penyiksaan dan kezaliman yang dilakukan kafir Quraisy sedang menjadi-jadi. Ummu Ruman pun memikul tanggung jawab besar sebagai kepala keluarga, ketika ditinggalkan suaminya hijrah ke Madinah.

Ia tak takut meski harus menghadapi terror dan kekejaman dari kafir Quraisy. Asma binti Abu Bakar menuturkan, sepeninggal Abu Bakar, Abu Jahal bin Hisyam dan teman-temannya datang ke rumah mereka, lalu berdiri di depan pintu.

Ketika Asma menemui mereka, lalu mereka bertanya, "Di mana ayahmu, wahai putri Abu Bakar?"

Asma menjawab, "Demi Allah, aku tidak tahu di mana ia berada!" Mendengar jawaban tersebut, Abu Jahal marah dan dengan sadis menampar pipi Asma hingga anting-antingnya terlepas.

Ummu Ruman kemudian menyusul ke Madinah, setelah Abu Bakar mengutus Abdullah bin Ariqazh yang diutus Nabi untuk membawa mereka semua ke Madinah. Kedatangan Ummu Ruman beserta anak-anaknya disambut dengan penuh suka cita oleh umat Muslim di Madinah.

Ummu Ruman wafat karena sakit yang dideritanya. Rasulullah SAW ikut turun ke dalam kuburannya dan berdoa memohonkan ampun untuknya. "Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui apa yang telah dialami Ummu Ruman dalam pengabdiannya kepada-Mu dan Rasul-Mu."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement