Selasa 14 Feb 2012 03:51 WIB

Gereja Penginjil Pun Miliki Alasan Kuat Lindungi Muslim

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Dialog antara penganut Kristen dan Muslim di AS
Foto: shahrzaad.wordpress.com
Dialog antara penganut Kristen dan Muslim di AS

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Pastor Skye Jethani punya pengalaman menarik saat jamaahnya berniat mengusir dirinya lantaran mereka tidak sependapat dengan pandangan bahwa Islam adalah agama kekerasan. "Islam pada dasarnya agama kekerasan bukan," kenang Skye menirukan perkataan jamaahnya selepas tragedi 9/11, seperti dikutip thehuffingtonpost.com, Senin (13/2).

 

Skye saat itu mengatakan setiap orang mungkin dapat menemukan ayat-ayat dimana ada perintah untuk membunuh orang Kristen dan Yahudi. Namun, ia meminta jamaahnya untuk melihat konteks perintah tersebut. Tapi penjelasan itu tidak cukup membuat jamaahnya puas. "Mereka bertanya soal agama Kristen, dan kau malah membela Islam," tutur Skye menirukan jamaahnya.

 

Menurut Skye, pemikirannya itu merujuk pada tiga hal. Pertama, dalam keyakinan Kristen ada ajakan untuk mengasihi sesama meski berada dalam rasa takut. "Tidak adil bagi saudara kita yang Muslim hanya karena tragedi 9/11 rasa kasih sayang yang seharusnya diberikan justru menghilang. Saya hanya ingin membantu gereja bergerak dari ketakutan masalah lalu," ungkapnya.

 

Kedua, lanjut dia, keimanan Kristen tidak perlu ditunjukan dengan menampilkan hal buruk dalam kepercayaan agama lain. "Saya tidak tertarik untuk membela umat Kristen ataupun imperialisme Eropa. Saya hanya tertarik pada apa yang dikatakan Injil," ujarnya.

 

Ketiga, umat manusia membutuhkan kebebasan. Utamanya, kebebasan berbicara dan berkeyakinan. Jadi, bila ada yang melarang kebebasan itu merupakan bentuk kebodohan. "Saya ingin hidup dalam masyarakat dimana umat Islam menikmati setiap kebebasan untuk menjalani kepercayaannya dan menyebarkan syiar agamanya," kata dia.

 

Skye mengatakan apa yang dialami Muslim dalam menjalani kehidupannya di barat mencerminkan apa yang terjadi dikalangan minoritas Kristen di Afrika Utara, Timur-Tengah, Asia Selatan dan Indonesia.

 

"Jadi pemerintah Barat harus melindungi minoritas Muslim dari intoleransi. Dan tentu saja kita harus memastikan bahwa mereka dapat beribadah, hidup, dan bekerja secara bebas dan tanpa rasa takut," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement