Senin 13 Feb 2012 20:28 WIB

Muslimah Denmark Berlomba-lomba Operasi Selaput Dara, Kok?

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Muslim Denmark (Ilustrasi)
Foto: u2screative.blogspot.com
Muslim Denmark (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KOPENHAGEN - Pemerintah Denmark mencabut larangan operasi mengembalikan keperawanan perempuan. Kondisi itu membuat Muslimah Denmark berlomba-lomba menjalani operasi tersebut.

 

Persoalan itu bermula dari tekanan sosial yang mengharapkan perempuan, utamanya Muslimah untuk menjaga keperawanannya. Sebab, sebagian pria Muslim mengharapkan calon istri mereka masih perawan.

 

Sejumlah pengamat mengatakan masalah itu lebih dominan masalah budaya ketimbang agama. Indikasinya, jika pengantin perempuan tidak perawan dan berdarah pada malam pernikahan maka akan beresiko pengantin itu dipermalukan oleh keluarga dari pihak laki-laki.

 

"Yang mengkhawatirkan adalah ada kasus cukup esktrem dimana terjadi pembunuhan demi kehormatan," ungkap Ahli bedah Inggris, Magdy Hend seperti dikutip thecopenhagenpost.com, Senin (13/2).

 

Tren serupa juga dikonfirmasi oleh ahli bedah Perancis, Jerman dan Belgia. Menurut mereka, Muslimah menaruh minat pada operasi yang disebut Hymen ini. "Kenaikan jumlah peminat dalam operasi Hymen menandakan adanya emansipasi perempuan dari sebuah tradisi yang mengakar dalam masyarakat dimana terjadi penindasan laki-laki," demikian Majalah Time dalam tajuknya.

 

Ahli bedah Denmark, Christine Felding mengungkap tidak perlu mempermasalahkan hal tersebut. Sebab, Muslimah berhak mendapat situasi yang menguntungkan dirinya. "Mereka hanya takut mengetahui bahwa mereka tidak lagi perawan," kata dia yang melakukan 30-40 operasi setiap tahunnya.

 

Konselor sosial, Kristina Aamand menilai sebaliknya. Menurut dia, apa yang dilakukan para dokter hanya membuat Muslimah menutupi kesalahannya. Hal ini tentu merupakan langkah mundur dalam seuah masyaraka modern.

 

Aamand menyadari bahwa Muslimah seolah kebingungan dengan kehidupan bebas seperti di Denmark. Kebingungan itu semakin menguat dengan persoalan keperawanan. Sebabnya, ia membuat lamam nymodom.dk, sebuah situs yang bertujuan untuk menghilangkan motus tentang keperawanan perempuan.

 

Melalui laman yang diasuhnya, Aaman mendorong perempuan muda untuk menghadapi keluarga dan tunangan tentang mitos-mitos ini, bukan dengan memilih menjalani operasi rahasia untuk menciptakan ilusi keperawanan.

 

"Perempuan muda, terutama Muslimah melihat operasi hymen merupakan hal sepele ketimbang kecemasan yang dialami. Tapi perlu diperhatikan bahwa sepuluh jahitan kecil tidak akang mengubah hal itu," ucapnya.

 

Pada tahun 2009, Socialdemokraterne dan Socialistisk Folkeparti, partai oposisi Denmark merupakan pihak yang paling menentang pencabutan larangan operasi keperawanan.  Juru bicara kedua partai tersebut, Jonas Dahl mengatakan pihaknya "cemas" apabila larangan itu dicabut maka dokter dapat melakukan kecurangan dengan menyebarkan ketakutan kepada pasiennya. "Kami berharap peminatnya akan menurun," kata dia.

 

Operasi Hymen bukanlah operasi sederhana layaknya khitan pada kaum adam. Operasi ini sedtidaknya dibutuhkan satu jam dengan penggunaan anestesi lokal. Namun, persoalan tidak sampai situ saja. Untuk satu kali operasi, pasien harus merogoh kocek 5.000-12.000 krona Swedia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement