Rabu 08 Feb 2012 00:40 WIB

Membina Mualaf tidak Bisa Instan

Rep: Agung Sasongko/ Red: Didi Purwadi
Mualaf
Mualaf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adalah keliru untuk membebani mualaf dengan mengharapkan mereka menerapkan Islam secara kafah. Sebab, perlu proses bertahap sehingga mereka dapat menjalankannya dengan utuh.

Wakil Ketua Yayasan Karim Oei, Ali Karim Oei, mengatakan Islam itu agama yang displin. Itu tercermin dalam adanya rukun iman dan rukun Islam yang wajib dipatuhi dan dilaksanakan. Tapi, mualaf butuh waktu untuk menjalankan aturan itu secara utuh.

Sebagai perbandingan saja, Muslim sedari lahir saja belum tentu bisa menjalankan ajaran Islam secara kafah. "Ini yang perlu diperhatikan. Proses, butuh proses," kata dia saat berbincang dengan republika.co.id, Selasa (7/2). ''Jadi, kalau umat Islam mengharapkan mualaf untuk langsung menjalankan ajaran Islam secara utuh, maka itu dapat dipastikan mereka enggan memeluk Islam.''

Ali mengatakan umat Islam perlu berkaca bagaimana perkembangan Islam di masa awal syiar Islam yang dilakukan Nabi Muhammad SAW.

"Perintah Shalat saja turun 13 tahun sesudah Kenabian. Artinya, Allah SWT telah memperkirakan kesiapan umat Islam untuk menerima perintah shalat. Ini bisa disimpulkan bahwa proses merupakan kunci dari pembinaan," ucapnya.

Karena itu, proses pembinaan mualaf itu tidak bisa asal instan. Mereka mesti diberi waktu untuk mengenal Islam dan mempersilahkan Islam masuk ke dalam kalbu. Dengan sendirinya, Islam akan menjadi bagian dari hidup mereka.

''Ketika sudah menjadi bagian dari kehidupannya, maka apakah sulit untuk menerapkan ajaran Islam.''

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement