REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--- Kedubes AS menggelar video konferensi jarak jauh antara organisasi pemuda Muslim di AS dengan Indonesia di @america, Pacific Place Mall Jakarta, Selasa (31/1) malam.
Menurut Political Officer Kedubes AS, Moulik D. Berkana, kegiatan ini sebagai kesempatan untuk kaum muda Indonesia berinteraksi dengan saudara muslim di Amerika, begitu pula sebaliknya. "Ini tentang bagaimana kaum muda Indonesia mempraktikkan Islam di negaranya, dan bagaimana kaum muda Amerika mempraktikkan Islam itu sendiri," katanya kepada Republika.
Sementara menurut Ketua Remaja Islam Masjid Cut Mutiah (RICMA), Muhammad Pradana Indraputra kegiatan ini untuk menangkal isu negatif tentang Islam di Indonesia. "Kita khawatir ada opini negatif karena informasi yang kurang dari Amerika,"ujarnya.
Lanjut Dana, umat Islam di Indonesia juga banyak yang tidak menyukai AS. "Kegiatan ini dapat menjadi satu trigger (pemacu) yang baik bagi kita semua bahwa bisa dilanjutkan dengan program yang lebih nyata tak hanya dialog. Bisa berupa penyelenggaraan bantuan sosial dari AS maupun dari Indonesia. Ini momentum yang sangat baik,"ujarnya.
Salah satu pelajar dari Asosiasi Pelajar Muslim di Universitas Towson, Inas Agabein, mengatakan, untuk meluruskan persepsi negatif diantara kedua negara, tentu harus dilakukan dengan komunikasi. "Kita harus tunjukkan bahwa agama kita adalah agama yang membawa kedamaian. Maka dari itu harus dikomunikasikan,"kata remaja berjilbab dan berkacamata itu melalui video chat.
Pendiri Civilizations Exchange and Cooperation Foundation (CECF). Imam Mohamad Bahar Arafat Ph.D, mengatakan meski diskriminasi di AS masih ada, namun kini berangsur-angsur lebih baik. "Kita harus tetap memiliki toleransi diantara kita, salah satunya dengan dialog diantara kaum muda seperti sekarang,"katanya.