Ahad 29 Jan 2012 06:55 WIB

Menelusuri Jejak Juwatsa: Situs Suci Ketiga (2)

REPUBLIKA.CO.ID, Ibnu Katsir  dalam kitab al-Bidayah wa al-Nihayah menulis perbincangan antara al-Jarud bin al-Mualla, seorang yang saleh dengan umat Islam yang ada di Masjid Juwatsa:

‘’Wahai rakyat  Abdul al-Qais, aku akan mengajukan pertanyaan. Jawablah jika kau tahu, dan diamlah jika kalian tak tahu,’’ ujar al-Mualla. ‘’Silakan, bertanyalah,’’ tutur mereka. ‘’Apakah kalian tahu bahwa Allah telah mengutus nabi sebelum Muhammad?’’ tanya al-Mualla. Serentak mereka menjawab, ‘’Ya.’’

‘’Kalian tahu ataukah kalian melihat ini,’’ tanya al-Mualla lagi. ‘’Kami tahu hal ini,’’ jawab mereka. ‘’Apa yang terjadi pada mereka (para nabi sebelumnya)?’’ tanyanya lagi. ‘’Mereka meninggal dunia,’’ jawab mereka. 

Al-Mualla lalu berkata, ‘’Sesungguhnya Muhammad SAW telah meninggal dunia. Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah.’’  Mereka pun berkata, ‘’Kami juga bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad SAW utusan Allah.’’

 

Janji Bani Abdul Qais

Sejatinya, penduduk Bahrain termasuk di antara orang-orang pertama yang memeluk Islam. Orang Bahrain memeluk Islam pada 629 M. Rasulullah SAW memerintah Bahrain melalui perwakilannya, Al-Ala’a Al-Hadhrami.

Tak lama setelah umat Muslim meraih kemenangan atas kota Makkah (Futuh Makkah), ratusan utusan datang menemui Rasulullah SAW. Salah satunya, wakil dari Bahrain bernama Abdul Qais. Lalu Rasulullah mengundang para pemimpin para utusan itu untuk datang ke Makkah.

Lalu menghadaplah Al-Ashajj, pemimpin Bani Abdul Qais. Nabi SAW banyak mengajukan pertanyataan  tentang penduduk berbagai kota dan urusan-urusan mereka. Secara khusus Nabi juga menyebutkan nama-nama Sofa, Musyaqqar, Hijar dan beberapa kota lainnya.

Al-Ashajj, sangat terkesan dengan pengetahuan Rasulullah SAW yang begitu luas dan mendalam tentang negerinya. ‘’Ayah dan ibuku akan berkorban  untuk demi Anda, karena Anda tahu banyak tentang negeriku dibanding aku sendiri dan mengetahui nama-nama lebih banyak kota di negeri kami daripada yang kami ketahui,’’ ujar Al-Ashajj.

Tak hanya itu, Nabi  SAW pun sampai mengetahui kebiasaan orang-orang Bahrain, termasuk gaya hidup, cara minum dan makan mereka.  Rasulullah SAW memang telah  berkali-kali berkunjung ke Bahrain. Sejak berusia 18 hingga 25 tahun, Muhammad SAW kerap singgah ke wilayah itu, saat masih berdagang. Sebelum diangkat mejadi rasul, Nabi SAW merupakan pedagang yang ulung dan jujur.

Dalam kisah lainnya,  Rasulullah SAW sempat berbincang dengan Abdul Qais. Nabi SAW berkata kepada Abdul Qais, ‘’Sesungguhnya pada engkau ada dua sifat yang Allah SWT dan Rasul-Nya menyukai keduanya, yaitu kelembutan dan kesabaran.

Kemudia Abdul Qais bertanya, ‘’Saya akan berakhlak dengan keduanya, apakah Allah SWT telah menciptakan keduanya kepadaku?’’  Rasulullah SAW bersabda, ‘’Bahkan kedua-duanya diciptakan kepada engkau.’’ Abdul Qais berkata, ‘’Alhamdulillah Allah SWT telah menciptakan kedua sifat kepadaku yang Allah dan Rasul-Nya menyukai keduanya.''

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement