REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Seribu pemuda dari 73 negara akan menghadiri Pertemuan Internasional Kebangkitan Islam (Internasional Assembly Islamic Awakening) di Teheran, pada 29-30 Januari. Mereka akan membahas bagaimana memulai kebangkitan Islam yang nantinya akan dibawa ke negara masing-masing.
"Kebangkitan Islam akan ditentukan oleh para pemuda ini,"ungkap Sekretaris Jendral Internasional Assembly Islamic Awakening, Ali Akbar Velayati di Teheran, Sabtu (28/1).
Velayati menjelaskan sekretariat jendral akan turut membantu mengimplementasikan hasil pertemuan tersebut. Sehingga, pertemuan ini diharapkan dapat menjadi awal kebangkitan semua negara Islam di dunia termasuk Indonesia.
Berbagai tema akan didiskusikan dalam pertemuan ini. Seperti mengulas kembali peran perempuan di dalam pemerintahan negara muslim, model pemerintahan negara Islam, patologi kebangkitan Islam, kesempatan dan ancamannya, hingga pembicaraan soal arogansi global dibawah kendali Amerika Serikat dan Zionis melawan kebangkitan Islam.
Velayati pun menyambut baik fenomena 'arab spring' yang dianggap sebagai awal kebangkitan Islam. Menurutnya, mereka telah berhasil untuk membawa nilai islam sebagai ruh dari pemerintahan yang baru. "Selamat datang pemerintah yang mengikuti Islam dan demokrasi Islam di pemerintahan,"jelasnya.
Menurutnya, generasi baru ini akan memotong era kolonialisme dan imperialisme yang digalang oleh Amerika Serikat dan sekutunya. Penasihat senior pemimpin besar revolusi Iran ini pun beranggapan pemerintah baru akan mampu bertahan dari tekanan dunia asing.