Kamis 26 Jan 2012 10:14 WIB

Al-Farabi Band: Representasi Warisan Seni Arab Bagi Jiwa Muda

Rep: Indah Wulandari/ Red: Chairul Akhmad
Al-Farabi Band
Foto: Blogspot.com
Al-Farabi Band

REPUBLIKA.CO.ID, Nama Al-Farabi tentu telah akrab dikenal sebagai mahaguru kedua pemikir besar Muslim di abad pertengahan setelah filsuf Yunani, Aristoteles.

Begitulah Peter Adamson pengajar filsafat di King's College London, Inggris menjulukinya. Dedikasi dan pengabdian Al-Farabi dalam filsafat, ilmu pengetahuan dan seni musik ternyata menginspirasi sebuah kelompok musik dalam berkarya.

Dalam wawancaranya di situs arabnews.com, Thamer Farhan, pentolan manajemen artis Libra Productions serta anggota band Al-Farabi, menjelaskan keunikan gaya bermusik mereka. Band yang terbentuk di Jeddah, Arab Saudi setahun lalu ini memang sedang giat-giatnya meracuni telinga pecinta musik Arab.

Al-Farabi memainkan sejumlah instrumen musik secara akustik. Nuansa perkusi, drum, vokalisasi dasar bernuansa Arab Timur Tengah turut melengkapi. Perpaduan alat musik dengan suara khas itu menghasilkan lirik lagu dari puisi-puisi Arab yang dikemas dinamis bagi pendengar muda.

"Impianku untuk menyemarakkan genre musik dengan jenis musik yang unik tercapai. Semuanya terwujud dari bakat dan kualitas vokal seniman lokal," ungkap Thamer.

Dia pun mengungkapkan, pilihannya jatuh pada Libra Productions untuk menyempurnakan penggarapan musiknya. Lantaran mereka menyediakan peralatan audio lengkap dan layanan penggarapan komposisi sempurna.

Para anggota Al-Farabi juga merasa nyaman ditangani mereka. Kedekatan emosional dengan sang pemilik Libra, Diya Azzony dan Emad Mujallid membuat seksi baru di bidang manajemen bakat musik. Thamer kemudian ditunjuk sebagai pimpinannya. "Al-Farabi adalah proyek pertama manajemen kita," ungkap Thamer.

Pemilihan anggota band ditentukan oleh Mothanna dan Diya. Setelah formasi band terbentuk, mereka merilis demo musik bertitel “Story of a King” di video YouTube dengan memakai akun milik Mothanna. Respon positif dari pengguna media sosial itu meletupkan semangat tim Al-Farabi untuk bereksperimen kreatif.

Mereka pun memutuskan mencari jenis aliran musik sendiri. Lalu, mereka mencari seniman-seniman berbakat dari berbagai genre musik untuk memperkaya khazanah bermusik mereka. Seperti dua personelnya, Ahmed dan Saher yang memainkan alat musik oriental, Arab, dan Timur Tengah.

Kemudian ada Emad dan Ghassan yang berasal dari aliran metal dan rock. Anggota Al-Farabi lainnya, Anas, Mothanna, dan Diya punya kemampuan variatif. Mulai dari rock, Arab, dan eksperimental. Diya dikenal juga ahli dalam tata suara serta menguasai musik hip-hop. "Seluruh kemampuan tadi membantu kita menghasilkan jenis musik baru yang memuaskan telinga penggemar seluruh genre musik," jelas Thamer.

Thamer dan kawan-kawannya optimis, musik eksperimental mempunyai masa depan yang cerah. Selain pasar musik yang mulai terbentuk, tawaran keunikan percampuran segala genre musik tak bakal membuat bosan pendengarnya. Justru akan memicu kreativitas lainnya.

Sikap rendah hati selalu ditunjukkan para personelnya dengan tampil terbaik di setiap panggung maupun di layar kaca. Semua mereka lakukan untuk memperkenalkan keindahan bahasa Arab dan ketajaman efeknya bagi para pendengarnya hingga mendayu-dayu. "Kita juga berharap bisa memperkenalkan kembali warisan budaya seni berupa puisi kuno agar bisa diterima generasi muda dengan cara memadukannya bersama irama musik," terang Thamer.

Sekali lagi, Al-Farabi menegaskan ideologi bermusik mereka yang kental. Bila cara bermusik mereka diterima di seluruh kalangan, tak pelak dunia bakal mengenal pula para ilmuwan Muslim yang melegenda. Seperti ilmuwan di bidang sains, kedokteran, dan musik yakni Ibnu Sina, Ibnu Fernas dan Al-Kindi. Dengan cara tersebut, mereka berharap perbedaan pemikiran serta selera bermusik generasi senior dengan para muda bisa dijembatani. Misi mereka hanya satu, ‘sebuah jenis musik untuk setiap telinga, tiap generasi, dan tiap jiwa'.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement