REPUBLIKA.CO.ID, Gelar terkenal yang disematkan pada Sultan Muhammed Ibn Abdulla, yakni Dharumavantha Rasgefaanu (yang kemudian diadopsi sebagai nama masjid yang dibangun semasa hidupnya), menunjukkan bahwa sang Sultan adalah seorang yang saleh dan baik hati.
Dalam English-Dhivehi and Dhivehi-English Dictionary – A Guide to The Language od Maldives Version 1.0 (2005), “dharumavantha” berarti “righterous,” atau “benar dan baik secara moral.” Sedangkan “rasgefaanu” berarti “king” atau “raja” sehingga gelar Dharumavantha Rasgefaanu berarti Raja yang Baik.
Selama masa kekuasaannya saat memimpin Maladewa pada abad ke-12, Muhammed Ibn Abdulla dikisahkan terus berjuang memperkuat ketaatan masyarakat pada aturan dan prinsip-prinsip Islam.
Ia juga menyusun aturan hukum untuk pemerintahan dan menghancurkan simbol-simbol agama Buddha. Disebutkan dalam legenda bahwa beberapa lama setelah meninggalnya Abul Barakat, sang Sultan pergi berhaji ke Makkah dan tidak pernah kembali.
Selain legenda tersebut, sebuah versi lain dari tradisi Maladewa menyebutkan bahwa Muslim yang telah mengislamkan Maladewa bukanlah Abul Barakat Yoosuf Al-Barbary, melainkan seorang suci Persia bernama Yusuf Shamsuddin.
Ia datang dari Tabriz (sebuah kota di barat laut Iran), sehingga disebut pula dengan nama Tabrizugefaanu. Makamnya ada di antara sejumlah makam di pekarangan di salah satu sudut Hukuru Miskiiy (Friday Mosque), yang terletak di Ibukota Malé.
Dalam Wikipedia disebutkan, sejak abad ke-12 M, terjadi pengaruh yang terus-menerus dari Arabia, terutama dalam aspek bahasa dan budaya. Hal itu didukung pula oleh posisi Maladewa yang strategis di tengah Samudera Hindia, yang menjadi jalur perdagangan antara negara-negara Timur Jauh dan Timur Tengah.
Negara dengan luas daratan terkecil di Asia tersebut, lebih kecil dari Singapura, merdeka dari Britania Raya pada 26 Juli 1965 dan memiliki populasi sekitar 350.000 jiwa. Dalam aspek tasawuf, Muslim di negara tersebut masih mempertahankan sejumlah ritual Islam hingga saat ini. Salah satunya adalah upacara zikir yang disebut Maul’du (Mawlid), yakni ritual ibadah yang mencakup bacaan dan doa dalam nada melodis tertentu. Maul’du diadakan di tenda-tenda yang dibangun khusus untuk acara tersebut.