Sabtu 21 Jan 2012 23:07 WIB

Masjid Lautze Rayakan Imlek dengan Lomba Adzan

Rep: gita amanda / Red: M Irwan Ariefyanto
Interior dalam Masjid Lautze
Foto: SOUP.IO
Interior dalam Masjid Lautze

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sepintas tak ada yang mengira bangunan berupa ruko empat lantai dengan nuansa dinding berwarna merah, kuning (emas) dan hijau ini adalah bangunan sebuah mesjid.

Ditambah lagi beberapa lampion merah menyala tergantung dengan cantik di atap. Untung saja ada papan nama di sebelah pintu hijau melengkung yang menyerupai pintu sebuah kuil-kuil di Cina. Pada papan nama tersebut tertera nama Masjid Lautze. Memasuki bangunan, barulah terlihat bahwa ruko empat lantai tersebut adalah sebuah masjid. Lantai satu diperuntukkan untuk jamaah pria, lantai ini didominasi karpet merah dan beberapa hiasan dinding berupa kaligrafi cina dengan tulisan arab. Lantai dua lebih sederhana, hanya sebuah ruangan bercat putih, lantai ini diperuntukan bagi jamaah wanita.

Sementara lantai tiga dan empat merupakan kantor pengurus Yayasan Haji Karim Oei. Masjid Lautze merupakan masjid komunitas muslim Tionghoa yang berada di daerah Pasar Baru Jakarta Pusat. Menyambut imlek tahun ini masjid yang didominasi warna merah ini berencana menyelenggarakan sebuah 'perayaan'. H. M Ali Karim Oei salah satu pendiri masjid mengatakan, tahun ini Masjid Lautze hendak mengadakan sebuah acara dalam menyambut imlek. Acara bertajuk " Nostalgia Imlek" ini diusulkan oleh beberapa jamaah masjid yang mayoritas merupakan etnis Tionghoa.

Namun berbeda dengan perayaan imlek yang biasa dilakukan. Para muslim Tionghoa ini mengadakan berbagai rangkaian lomba dalam memperingati imlek tahun ini. Menariknya lomba-lomba tersebut sangat kental dengan nuansa islam seperti, lomba Adzan, hafalan surat Al-Fatihah, dan kultum. "Minggu depan kita akan nostalgia imlek, dibilang nostalgia karena kebanyakan dari kita sudah tidak merayakannya lagi," ujar Ali saat diwawancarai Republika.

Dikisahkan Ali, selama ini Masjid Lautze tak pernah secara khusus mengadakan perayaan terhadap imlek. Hanya saja tahun ini para jamaah yang pernah merasakan imlek ingin bernostalgia dengan perayaan tersebut. Namun tentu perayaan yang lebih islami. Seperti halnya nuansa masjid yang di buat sangat 'homy' bagi masyarakat muslim Tionghoa, berbagai kegiatan pun dibuat agar para muslim ini tetap merasakan dengan budaya Chinese. Tak hanya pada saat hari-hari besar, Masjid Lautze juga rutin mengadakan pengajian pada hari minggu. Di sini para muslim Tionghoa belajar shalat, membaca Alquran, hingga mendengarkan ceramah agama.

Tak seperti imlek pada tahun-tahun sebelumnya, tahun ini para jamaah ingin kembali merayakannya. Akan tetapi senada seperti yang dituturkan Ali Karim. Yusman Alfian salah satu pengurus Masjid Lautze mengatakan, tahun ini akan berbeda. Para jamaah yang mayoritas berasal dari etnis Tionghoa akan kembali merayakan imlek. Hanya saja jika dahulu mereka melewati imlek dengan berbagai ritual tahun ini mereka akan merayakannya dengan cara yang lebih islami. " Bukan merayakan tapi lebih tepatnya nostalgia dengan cara yang lebih islami," tutur Yusman.

Yusman mengatakan sejak didirikan pada tahun 1991 hingga saat ini kurang lebih Masjid Lautze telah mengislamkan 1000 orang dari komunitas Tionghoa. Dan hampir setiap minggunya setidaknya dua orang etnis Tionghoa masuk islam di masjid ini. Ahong salah satu jamaah mengatakan masjid ini merupakan salah satu rujukan bagi muslim Tionghoa di seluruh Jakarta. "Saya sudha 10 tahun memeluk islam, rasanya masjid ini jadi rujukan orang Tionghoa yang mau masuk islam." tutur Ahong.

Ahong mengatakan, setiap Ahad, ia dan jamaah yang berada di Masjid Lautze rutin mengadakan pengajian. Ahong mengakui sudah lama tak memperingati imlek. Kalau pun merayakan itu hanya sebatas berkunjung untuk bersilaturahmi ke rumah saudara-saudara yang lebih tua. " Ya, paling berkunjung ke rumah saudara saja hitung-hitung silaturahmi," tuturnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement