Kamis 19 Jan 2012 15:25 WIB

Sejarah Hidup Muhammad SAW: Ibadah Haji

Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Akhirnya bulan haji pun sudah pula di ambang pintu. Sampai pada waktu itu, Nabi tidak menunaikan kewajiban itu seluruhnya seperti yang dilakukan kaum Muslimin

dewasa ini.

Sebenarnya, di semenanjung itu masih juga ada orang-orang yang belum beriman kepada Allah dan kepada Rasul-Nya. Masih ada juga orang-orang kafir, orang-orang Yahudi dan Nasrani. Sedang orang-orang kafir masih berpegang pada adat lembaga jahiliyah. Dalam bulan-bulan suci, mereka masih berziarah ke Ka'bah. Pada waktu itulah Abu Bakar memimpin 300 orang Muslimin menuju Makkah.

Rasulullah kemudian mengutus Ali bin Abi Thalib menyusul Abu Bakar. Ali lalu berkhutbah menyampaikan perintah Allah dan Rasulullah kepada orang ramai waktu musim haji di Arafah. 

Ali berdiri di samping Abu Hurairah, dan diserukannya kepada orang banyak dengan membaca firman Allah, yaitu ayat-ayat Surah At-Taubah. Dan berseru, "Saudara-saudara! Orang kafir tidak akan masuk surga. Sesudah tahun ini orang musyrik tidak boleh lagi naik haji, tidak boleh lagi thawaf di Ka'bah dengan telanjang. Barangsiapa terikat oleh suatu perjanjian dengan Rasulullah SAW, maka itu tetap berlaku sampai pada waktunya."

 

Ali menyampaikan keempat perintah itu di tengah-tengah orang ramai, kemudian memberikan tenggat waktu empat bulan supaya masing-masing golongan itu sempat pulang ke daerah dan negeri masing-masing. Dan sejak itu, tiada lagi orang musyrik yang mengerjakan haji, tiada lagi orang thawaf di Ka'bah dengan telanjang. Dan sejak itu pula, dasar tempat berdirinya negara Islam telah ditetapkan.

 

Dengan demikian, negeri-negeri seperti Yaman, Mahra, Bahrain dan Yamama masuk Islam. Tak ada lagi pihak yang akan mengadakan perlawanan kepada Muhammad SAW kecuali sejumlah  kecil, yang karena kecongkakannya malah berbuat dosa dan tertipu oleh golongannya sendiri. Diantaranya adalah Amir bin Thufail, yang pergi bersama-sama dengan utusan Bani Amir yang hendak berlindung dibawah bendera Islam. 

Tetapi setelah berhadapan dengan Nabi SAW, Amir menolak dan tidak mau menerima Islam. Ia ingin dijadikan sekutu Nabi. Walau demikian, Rasulullah masih  berusaha meyakinkan supaya dia menerima Islam. Tetapi Amir tetap menolak.

Ia malah mengancam Nabi SAW, "Kota ini akan saya hujani dengan pasukan berkuda dan tentara untuk melawanmu!"

 

Rasulullah kemudian berdoa, "Ya  Allah, lindungi aku dari perbuatan Amir bin Thufail!"

 

Amir kemudian pulang ke kabilahnya. Namun di tengah perjalanan, tiba-tiba ia terserang penyakit penyakit sampar dan menemui ajalnya ketika sedang berada di rumah seorang wanita Bani Salul.

Arbad bin Qais juga tidak mau menerima Islam, dan kembali ke Bani Amir. Tetapi  belum lama tinggal di tempat itu, ia mati terbakar disambar petir, tatkala naik unta yang akan dijualnya. Sungguh pun begitu, penolakan Amir dan Arbad ini tidak menghalangi golongannya untuk masuk Islam.

Sesudah Islam tersebar di bagian selatan semenanjung, Rasulullah SAW kemudian mengutus orang-orang yang mula-mula masuk Islam (Assabiqunal Awwalun) untuk mengajarkan hukum Islam, serta memperdalam dan menguatkan iman mereka.

 

sumber : Sejarah Hidup Muhammad oleh Muhammad Husain Haekal
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement